Tidak ada lagi suara lagu karnaval. Atau warna-warni kembang api maupun rasa manis dari gulali. Semuanya berubah gelap. Dingin. Dan aku sendirian. Suasana yang aku hafal betul. Kamarku. Mimpi itu lagi, batinku. Aku bangun perlahan. Menenggak segelas air putih yang kuletakkan di atas nakas. Jam bekerku menunjukkan pukul satu dini hari. Akhir-akhir ini rasanya tubuhku seperti mengikuti pola tidur yang aneh. Tidur sekitar pukul sepuluh malam, terbangun dini hari. Sepertiga malam. Wow, panggilan Tuhan? Lalu tetap terjaga sampai pagi. Jika aku hidup pada jaman dahulu, sudah dipastikan aku akan direkrut oleh Bandung Bandowoso untuk membangun seribu candi. Kurang lebih sudah sekitar seminggu ini aku terbangun karena bermimpi. Mimpi hal yang serupa. Dengan orang yang sama. Kencan. Di karnaval. Bersama dia. Tidak. Tidak ada hal aneh yang terjadi di mimpi itu. Seperti kecupan-kecupan yang tidak sengaja terjadi, misalnya. Fakta bahwa ku bisa memimpikan dia saja membuatku se...