Langsung ke konten utama

Pertemuan dan Penemuan

Aku selalu bilang bahwa pertemuanku dengan Yulyah adalah sesuatu yang magical. Aku yang suatu ketika tiba-tiba memutuskan untuk ke Jogja, tinggal di asrama Pipi; sahabat aku. Di mana Pipi juga adalah sahabat Yulyah. Sahabat-ception. 

Pipi 'sibuk' menemani aku mengelilingi kota Jogja, hingga membuat Yulyah lumayan concern karena Pipi tidak ada kabar. Jadi Yulyah memutuskan untuk ke asrama Pipi, membawa kue. Dan di situlah pertemuan kami terjadi. Eka Dian, seorang tamu dari Bandung bertemu Yulyah di Jogjakarta. 

Aku ingat kami mengobrol banyaaaaakk hal di percakapan kami yang pertama. Mungkin, aku bisa langsung bisa merasa klik dengan Yulyah karena Yulyah bilang dia suka membaca. Aku suka merasa punya this kind of 'weird' connection dengan orang-orang yang suka buku. Percakapan dengan orang suka membaca buku selalu hits different. 

Beberapa orang menganggap hidup Yulyah aneh. Tapi anehnya, aku tertarik dengan keanehan itu. Aku masih ingat bahwa Yulyah bilang ketika dia kecil, ia tidak menonton tv. Pas nonton tv pun, tontonannya channel NHK. Astagaaa aku nonton NHK saja pas SMA! 

Hari-hari Yulyah dikelilingi buku. Yulyah cerita, ada perpustakaan besar di rumahnya. Dan itu hidupnya. Dikelilingi buku. Makanya jangan heran kalo Yulyah tidak tahu tentang artis-artis besar Indonesia yang sering muncul di tv. Dia bahkan tidak tahu siapa itu Reza Rahadian YA AMPUN AKU HAMPIR HILANG KENDALI!

Yulyah bilang, orang-orang suka menganggap hidupnya yang seperti itu aneh. Dan dia bilang, aneh sekali melihat aku yang tidak memandang hidupnya aneh. Hahahaha ya karena bagiku hidup seperti itu tidak aneh. Dibesarkan dan dikelilingi oleh buku. Itu mah namanya surga di bumi! 

Aku cerita bahwa aku mahasiswa Psikologi. Yulyah tau beberapa tokoh Psikologi. Ya ampun tolong, dia bahkan membaca buku-buku filsafat tokoh Psikologi yang bahkan aku sendiri belum sempat baca. Dua orang asing membahas filsafat di percakapan mereka yang pertama. 

Bukan, bukan. Yulyah bukan orang yang show off. Dia bercerita banyak karena dia tahu banyak hal. Intensinya berbagi. Bukan untuk meninggi. Dan aku merasakan itu. Makanya aku suka bilang, aku suka sekali mengobrol sama Yulyah. Rasanya seperti sedang membaca buku. 

Yulyah itu seperti ensiklopedia berjalan bagiku. Dia selalu punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalaku. Seru bukan? Aku ingat suatu malam, ku buka twitter dan membaca tentang Taliban yang mengambil alih Afghanistan. Aku langsung chat Yulyah, Yul, did you know what happened in Afghanistan? What is Taliban actually? Mereka tuh apa dan ingin apa sebenarnya? Dan obrolan kami akhirnya berujung membahas tentang politik Amerika. Tengah malam. Hahaha. 

Setiap kali aku selesai bercerita atau curhat ke Yulyah, aku selalu bilang Yulyah, terimakasih. Dear Yulyah, aku sungguh berterimakasih. Benar-benar berterimakasih. Atas percakapan-percakapan kita, atas tangan kamu yang selalu menarikku ketika aku mulai kembali masuk ke selaput putih itu, atas rasa percaya kamu bahwa aku mampu. Yulyah pernah berkata kepadaku,

   "It's alright to be you. All of you. Sementah-mentahnya kamu. Yang kadang ga bisa, yang ga mesti tau semua, yang kadang ngelakuin hal bodoh. It's okay. It doesn't define a whole you."

Aku sangat belajar banyak tentang memperlakukan diriku lebih baik dari Yulyah. I was so hard on myself back then. Yulyah membuatku menyadari bahwa, tidak apa-apa jika mengalami kesulitan, tidak apa-apa jika gagal dalam sesuatu, tidak bisa sesuatu. Dan tidak apa-apa jika tidak selalu menjadi yang terbaik. Sometimes, being enough is enough. 

Kadang aku suka curhat ke Yulyah untuk menetralkan persepsiku yang terlalu ekstrem kiri atau ekstrem kanan. Aku suka bilang, Yulyah and her neutral judgement. Sangat berbeda denganku yang hidupnya terkadang memang hiperbola hahaha. 

Aku      : you know what yul? Kadang aku mikir tuh universe never on my side.
Yulyah :  why?
Aku     :  waktu aku ngobrol sama dia waktu itu, obrolannya nyambung. I feel connected. Tapi ada aja masalahnya. Obrolan yang seru jadi kurang ngeflow. Berasa ga didukung semesta.
Yulyah : hahaha semesta ga punya alasan untuk single out you, yan. It's only your distorted perception. Is that too harsh? 
Aku     : masak sih? I mean yul, kalo aku ga ke Jogja. Kamu ga cari-cari Pipi. Kita ga pernah ketemu. The timing!
Yulyah : wkwkwkwk yaaa itu maksud aku. Semesta ga sejahat itu ke kamu. Ga ada alasan juga untuk jahat ke kamu. 

Dan itu adalah momen di mana akhirnya Eka Dian mengalami sebuah penyadaran hahaha. See? Yulyah and her neutral judgement. 


Kalo aku ga ke Jogja. Kamu ga cari-cari Pipi. Kita gak akan pernah ketemu. Tapi pada akhirnya kita bertemu. Berinteraksi. Saling terkoneksi. Dari sekian banyak teman Pipi, aku ketemu kamu. Dari sekian banyak kemungkinan dan kesempatan kamu bisa ke asrama Pipi, kamu memilih waktu ketika hidupku dan hidupmu dapat saling bersinggungan. Isn't beautiful how universe works, Yul? 

Bahkan, dari pertemuan kita yang bisa dihitung dengan jari dalam satu tangan, kita dapat berteman sedalam dan sejauh ini. Oh, aku membahas hal menarik tentang pertemuan dan interaksi antar manusia dengan temanku pagi ini. Sebagai manusia, kita banyak bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Setiap harinya. Sepanjang hidup kita. Tapi, kenapa kita hanya bisa merasa terkoneksi dengan orang-orang tertentu? What do you think about it, Yul? Kenapa manusia 'hanya' bisa terkoneksi dengan orang-orang tertentu? 

Dan oh lagi! Yulyah kemarin berkata ini kepadaku, 

    "Deep person attracts the same energy."

Manusia memiliki energi. Manusia adalah gelombang. Manusia yang bisa saling terkoneksi satu sama lain mungkin karena memiliki kesamaan energi dan frekuensi. You attract what you are. Mungkin.

    "All of us are waves of energy and movement and feelings and thoughts, incessantly pulsating, interacting, crossing one another, coming and going, seemingly appearing and disappearing, but never truly ceasing to exist." -Nicos Hadjicostis


Yulyah, aku menulis ini karena kamu adalah manusia dengan jiwa dan pikiran yang sangat indah. Dan aku ingin berbagi keindahan ini dengan orang lain. Aku ingin orang lain tahu, bahkan menjadikan ini sebagai pengingat bagi diriku sendiri bahwa, di dunia yang serba berantakan dan tidak masuk akal ini, ada seseorang yang hatinya begitu baik. Begitu penuh cinta. That kind of people does exist. 

Yulyah, aku bahkan sampai tidak tau harus bagaimana untuk menyampaikan rasa terimakasihku. I am beyond thankful. I am beyond grateful to have you in my life. 


Terimakasih atas pertemuan kita.

Terimakasih atas pertemanan kita.

Terimakasih sudah ada di dunia ini. 

Thank you. Thank you so much. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...