Langsung ke konten utama

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama. 

Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya.

I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan fair fight guideline.  


PERAN ISTRI

Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambaran sosok istri yang ingin kamu wujudkan?  Kriteria yang aku tulis ternyata cukup banyak yha. Ya cerdas lah, solehah, qurrota a'yun, suportif, setara, mampu bekerja di bawah tekanan, bersedia ditempatkan di mana saja, memiliki SIM C. Banyak deh?! Mba Olphi lalu menjabarkan bahwa ada 4 peran istri dalam pernikahan yaitu:
  1. Sebagai pasangan
  2. Sebagai sahabat
  3. Sebagai penghibur
  4. Sebagai partner
Dari keempat peran tersebut dan ditambah lagi peran-peran istri yang biasanya merupakan hasil dari konstruksi sosial, sebenarnya apa sih peran utama istri? Beberapa dari kita cenderung fokus pada peran-peran yang tampak seperti memasak lah, mengurus anak, bersih-bersih rumah. Aku suka sekali dengan pernyataan Mba Olphi mengenai hal tersebut. 

Mba Olhpi bilang, "padahal memasak, mengurus anak dan bersih-bersih rumah merupakan peran yang dapat digantikan. Bisa dikerjakan oleh suami. Atau bisa memperkejakan asisten rumah tangga. Tetapi apa peran kita yang tidak bisa digantikan oleh siapapun?" 

Ternyata peran utama istri adalah menjadi dirinya sendiri secara utuh untuk dapat berdampingan dengan suami mencapai tujuan pernikahan. Lalu terbesit di pikiranku, menjadi diri sendiri secara utuh tuh yang bagaimana? Bak seperti orang yang mampu mebacara pikiranku, Mba Olphi lalu menambahkan, kita lah yang mampu menentukan maksud dari utuh tersebut. Oke. Alhamdulillah dapat PR (assalamualaikum psikologku). 

Selanjutnya Mba Olphi membahas tentang ketaatan istri terhadap suami. Istri harus taat suami. Apakah itu benar? Ya benar sih. NAMUN DENGAN CATATAN. Jangan sampai ketaatan tersebut membuat kita kehilangan diri secara utuh. Aku sangat setuju sekali. Karena bagiku, ketika aku menikah, aku menambah peran dalam hidupku. Bukan melepaskan bagian dari diriku

Ada tiga hal yang dapat dilakukan agar kita bisa menjadi istri yang taat tanpa harus kehilangan diri secara utuh yaitu: 
  1. Taat berpikir (tidak taat secara buta tapi butuh dijalani dengan akal sehat)
  2. Tetap berdaya (taat bukan berarti menjadi lemah atau overpowered)
  3. Tetap berusaha (ketaatan seharusnya seimbang yaitu dilakukan dengan usaha bersama atau dua arah)
KONFLIK DALAM RUMAH TANGGA

Kayaknya kepastian yang paling pasti selain kematian adalah adanya konflik dalam rumah tangga ga sih? xixixi sotoy banget padahal w belum nikah xixixi TAHU APA KAMU TENTANG??? Tapi kalau dipikir secara common sense, dua orang yang berbeda, berasal dari latar belakang berbeda, memiliki pengalaman hidup yang berbeda, ketika hidup bersama tidak mungkin tidak ada konflik di dalamnya. 

Konflik dalam rumah tangga beragam bentuknya. Konflik peran sebagai istri. Kita sebagai perempuan memiliki peran sebagai istri dari pasangan namun juga sebagai anak dari orangtua kita. Lalu ketika kita punya anak, peran kita bertambah tidak hanya sebagai istri tetapi juga sebagai ibu. Ada juga konflik peran sebagai istri dan juga menantu dari mertua kita. Ditambah lagi kalau kita bekerja, bisa jadi adanya konflik peran sebagai istri dan pekerja. Meni loba masalah hirup teh:((

Ada dua jenis konflik dalam rumah tangga yaitu,
  1. Konflik Intrapersonal (konflik antarperan, aspirasi, kondisi diri, dan sebagainya).
  2. Konflik Interpersonal (konflik dengan pasangan dan anggota keluarga).
Selama masih hidup, masalah mah pasti bakal ada ya. Mau menikah kek, jomblo kek. Da semuanya punya masalah atuh??? Maka dari itu mba Olphi bilang,  jangan takut berkonflik!

Ketika konflik dihadapi dengan cara yang sehat, maka akan membantu pasangan berkembang. Begitu juga sebaliknya. Maka dari itu kita perlu belajar untuk berkonflik secara sehat agar konflik tersebut menjadi konflik yang konstruktif

Mba Olphi menjelaskan bahwa kunci dalam konfilk adalah komunikasi. TETAPI! Komunikasi juga dapat menjadi awal mula konflik. LOL. Enya oge. Maka dari itu kita membutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi secara sehat. Nah aku sudah membahas tentang hal ini di postingan Komunikasi Sehat dengan Suami

4 HORSEMEN OF APOCALYPSE

Four horsemen of apocalypse merupakan metafora dari ilmuwan piskologi dan ahli pernikahan yaitu Gottman. Gottman menggunakan metafora ini untuk menggambarkan gaya komunikasi yang menurut penelitiannya dapat memprediksi akhir suatu hubungan

1. Criticism

Criticism adalah kritik yang bersifat serangan personal dan tidak relevan dengan konflik. Misalnya mau pergi kondangan. Suaminya udah siap dari sepertiga malam. Sedangkan istrinya belum kelar-kelar dandan. Suaminya yang kesal karena takut telat malah bilang "lelet banget sih kamutuh." Itu kan merupakan serangan personal. Seharusnya, apa yang disampaikan adalah hal yang kontekstual; sang suuami takut jalanan macet dan terlambat datang. Sedangkan istri belum selesai dandan. Bagaimana caranya? Bisa menggunakan I statement: mengungkapkan apa yang kita rasakan dan menyampaikan harapan kita. Contoh; aku takut banget kita telat datang ke kondangannya karena jam segini rawan macet. Kamu bisa dipercepat ga siap-siapnya? Apa aku perlu panggil Chef Juna untuk teriak WAKTU KALIAN TINGGAL DUA MENIT LAGI! 

2. Contempt 

Ketika kita berkonflik dalam keadaan ini, konfliknya berbentuk hinaan dan kekerasan verbal dengan tujuan untuk menginjak harga diri. Contoh suami yang kesal karena istrinya dandan kelamaan. Ia berkata, bused lama amat sih dandannya. Sophia Latjuba juga bukan. ONDEL-ONDEL LUWHH? Ya kira-kira gitu lah ya contohnya ga sanggup aku pakai kata-kata kejam hiks. 

Gottman menjelaskan bahwa contempt atau penghinaan dipicu oleh pemikiran negatif yang sudah lama tertanam mengenai pasangannya. Penghinaan tersebut muncul ketika pelaku menyerang pasangan dari posisi yang relatif superior. Dan ternyata, menurut Gottman, contempt dalah satu-satunya faktor penentu perceraian. 

3. Defensiveness

Defensiveness merupakan pembelaan diri berlebihan dan menyerang balik lawan bicara. Biasanya ini merupakan respon dari criticism. Contoh,

Suami: sayang, kamu udah ngabarin Bu RT belum ya kalau kita ga jadi dateng malam ini?
Istri: ya belum lah. Kamu ga liat daritadi aku sibuk ngoseng kangkung?! Tuh tangan dipake buat apa? Bangun candi?! Kamu telpon sendiri lah! 

Sebaliknya, respon non defensif mampu mengekspresikan penerimaan terhadap tanggung jawab, pengakuan kesalahan, pemahaman terhadap sudut pandang pasangan. Sang istri bisa merespon dengan, ya ampung sayang, aku lupa. Maaf ya. Seharusnya aku minta bantuan kamu untuk nelpon bu RT karena aku sibuk banget dari tadi pagi. Aku telfon sekarang ya. 

Meskipun membela diri jika Anda stres dan diserang adalah hal yang wajar, pendekatan ini tidak akan memberikan efek yang diinginkan. Cara ini sungguh tidak solution oriented. 

4. Stonewalling 

Stonewalling adalah sikap menghindari pembahasan konflik berwujud pasif-agresif. Biasanya ini merupakan respon terhadap contempt. Gottman mengungkapkan bahwa sikap stonewalling tidak mudah untuk dihentikan. Gottman bilang bahwa stonewalling is a result of feeling physiologically flooded. Ketika kita melakukan stonewalling, kita bahkan mungkin tidak berada dalam kondisi fisiologis di mana kita dapat mendiskusikan berbagai hal secara rasional.

Lalu apa yang perlu kita lakukan jika kita merasa ingin melakukan stonewalling ketika berkonflik? Gottman merekomendasikan untuk menghentikan diskusi meminta waktu atau jeda sejenak kepada pasangan. Sayang, aku sekarang sedang terlalu marah marah untuk bahas ini. Kita jeda sebentar ya. Aku perlu waktu 20 menit untuk menenangkan diri. Setalah itu, kita bahas ini lagi secara bersama-sama. 

TAH ETA! Ngomong secara asertif. Jangan silent treatment. Da bukan hape atuh pasangan teh yang bisa didiamkan:(

FAIR FIGHT GUIDELINE
  1. Timing (selesaikan sesegara mungki tapi kadang ada saatnya lebih baik menunggu waktu yang tepat)
  2. Dengarkan baik-baik apa yang disampaikan pasangan (tidak perlu defensif)
  3. Deskripsikan perilakunya (bukan melabeli orangnya)
  4. Cari tahu motifnya (kenapa masalah ini penting untuk dibahas)
  5. Buatlah permintaan dengan cara yang asertif
  6. Saling sepakat (apakah akhirnya sudah sama-sama dapat menerima?) 

Nah itu lah materi yang disampaikan Mba Olphi. Sungguh ya gais, menikah tuh banyak sekali persiapannya. Dan polanya tuh sama. Semuanya berawal dari diri sendiri. Menjadi individu yang mampu menciptakan kebahagiaan diri untuk nantinya kebahagiaan tersebut dapat dibagikan dengan orang lain. Menjadi individu yang utuh sehingga tidak menggantungkan apa-apa yang tidak kita miliki kepada pasangan. 

Dan itu tuh SUSAH! Prosesnya waawww berdarah-darah sekali namun perlu kita hadapi. Berproses menjadi manusia utuh merupakan pembelajaran yang perlu kita pelajari seumur hidup. Terlepas apakah kita nanti menjadi seorang istri atau seorang ibu. Ingat, kita memiliki peran yang kita jalankan sejak lama yaitu menjadi diri sendiri


"Jangan bercita-cita ingin dibahagiakan atau membahagiakan pasangan. Perasaan kita adalah tanggung jawab diri kita sendiri." -Arinda, 2024

Komentar

  1. terima kasih kak 😍 tulisannya bagus sekali

    BalasHapus
  2. Makasih kak. Tulisan2nya sangat bagus dan bermanfaat. Salam dariku ( adik kk yull)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haii! Terimakasih sudah membaca. Salam kenal dariku yaaaaa.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...