Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tuesday with Selasa

Selasa suka sekali dengan perayaan. Baginya, setiap momen penting patut dirayakan. Selasa tergila-gila dengan berprosesi. Saya suka terkejut selama bersama Selasa. Suka dalam artian rasa dan frekuensi. Tanggal 31 Desember yang bagi saya hanyalah tanggal biasa, disulap menjadi sebuah perayaan luar biasa oleh Selasa. “La, kamu kenapa sih suka banget merayakan tahun baru?” Tanya saya sembari menata lampu hias mengelilingi tanaman. Tahun itu adalah tahun pertama saya bersama Selasa. Tahun pertama bagi saya merayakan pergantian tahun. Sebuah pesta kebun sederhana . Halaman rumah Selasa sengaja diberi lampu hias yang dirambatkan ke tanaman. Lampu ini akan dinyalakan tepat pada jam 12 malam saat pergantian tahun. Selasa menyebut pesta ini bertema Renaissance .  Selasa yang sedang meletakkan baki sosis dan daging di atas meja menoleh ke arah saya sambil cemberut, “Kamu ga suka?” Saya tersenyum, “Itu pertanyaan La. Saya bertanya. Bukan masalah suka atau tidak suka.” ...

Vacancy: Adinda Mencari Kakanda

Judulnya memang agak jijik ya. Tapi temen gue yang mau gue ceritain kali ini memang bernama Adinda. Bagian “mencari kakanda” hanyalah akal-akalan gue aja biar nampak hiperbola dan lebih menjual.   Seperti biasa kalo di segmen Vacancy itu berarti gue akan menceritakan temen gue yang sedang berulang tahun dan jomblo. Temen gue yang sudah seharusnya merasa terhormat karena terpilih di segmen Vacancy kali ini adalah: Adinda. Adinda merupakan temen kuliah gue dulu. Bukan cuma itu, Dinda juga merupakan temen satu jurusan, temen satu dosen pembimbing akademik, temen satu geng, temen satu konsentrasi kuliah, bahkan temen satu dosen pembimbing skripsi! Kalo aja Adinda merupakan seorang laki-laki, mungkin kami sudah terlibat cinlok dan sekarang sedang sibuk mencetak undangan pernikahan. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, (((kita ketahui bersama))) Adinda ini sedang menjomblo. Bukan sedang sih sebenernya. Memang jomblo aja. Dari lahir...

Juli dan Selasa: Memori

Saya pernah makan malam bersama kamu di daerah Jakarta suatu ketika. Saat itu kamu memesan menu ikan dori. Dan saya hanya memesan sup harga dua puluh lima ribuan. Menu paling murah di restoran itu karena saya tidak enak sebab kamu yang mentraktir. “Kalo kamu cuma pesan makanan murah, mending saya tadi membawa kamu ke alfamart. Pesan yang lain!” perintahmu saat saya menunjuk menu. Padahal saya tidak apa-apa memakan bubur. Pikir saya, sebagai sesama mahasiswa, uang yang kamu pakai untuk mentraktir saya makanan mahal lebih baik ditabung saja. Tapi sepertinya kamu adalah keturunan sultan. Atau mungkin sedang ingin bersikap dermawan saja kepada saya malam itu. Restoran itu terdiri dari dua lantai. Lantai paling atas ada suatu ruangan terbuka seperti rooftop. Ruangan terbuka itu menghadap langsung ke gedung salah satu kartu provider terbesar di Indonesia. Kamu mengajak saya untuk duduk di ruangan terbuka itu. Kamu duduk menghadap gedung. Saya duduk menghadap kamu. Keadaan sek...