Langsung ke konten utama

Sepenggal Cerita Tentang Idola

Mempunyai sosok idola merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Menurutku, idola adalah orang asing yang tidak terasa asing. Seseorang yang bisa menjadi bagian dari hidupmu meski tidak pernah bertatap muka.



Minggu, 31 Maret 2019, Valentino Rossi mampu merebut podium ke 2 di GP Argentina. Momen tersebut  terasa sangat luar biasa karena sudah lama Rossi tidak naik podium sejak GP Jerman 2018. Terlebih lagi buat aku yang rela begadang, menahan kantuk dan dingin demi menonton race moto gp di benua Amerika yang waktunya terbolak-balik dengan waktu wilayah Indonesia. Saat melihat Rossi di podium aku bertanya-tanya ke diri sendiri, kenapa ya aku masih ngefans sama Valentino Rossi? Setelah 13 tahun lamanya. Ada pembalap yang lebih muda, lebih tampan, lebih HOT (omg!), bahkan pembalap yang saat ini prestasinya lebih mentereng ketimbang Valentino Rossi. Marc Marquez, misalnya. Meskipun aku adalah fans Valentino Rossi sejak kekaisaran Romawi tapi aku gak buta-buta amat sih. I know, Marquez is THAT good. Mengoleksi 7 kali juara dunia di umur yang relatif muda yaitu 26 tahun. No wonder ya julukan dia adalah The Baby Alien.   

Kemudian aku berpikir. Aku tau Marquez sebegitu mendominasinya saat ini di kelas utama moto gp. Aku tau Dovizioso dan motor Ducatinya sangat berkembang pesat. Aku tau Lorenzo punya work ethic yang sangat baik. Aku tau Vinales adalah rider muda yang sangat cepat. Aku tau dulu Stoner sebegitu perkasanya di atas motor Ducati. Aku tau dulu Pedrosa adalah pembalap yang sangat loyal, sangat “lurus” dan sangat berkomitmen. Tapi ada sesuatu yang bikin aku tetap mengidolakan seorang Valentino Rossi. Aku mencoba mencari tau jawaban kenapa tetap mengidolakan seorang Valentino Rossi.

Apakah aku tetap mengidolakan Valentino Rossi karena namanya yang besar? Jawabannya adalah iya dan tidak. Pertama kali aku nonton moto gp (sekitar tahun 2006), pembalap pertama favorit ku adalah Nicky Hayden. Bukan Valentino Rossi. Aku tau Rossi adalah pembalap besar dan hebat karena setiap hari Senin, temen-temen laki-lakiku gak pernah absen menyebut nama Valentino Rossi di cerita mereka tentang balapan moto gp. Tapi itu bukan berarti aku bisa langsung ikut-ikutan untuk ngefans sama Rossi. Aku gak bisa suka sama sesuatu atau seseorang tanpa merasakan keterikatan emosional di dalamnya, meski dalam konteks ini hanyalah balapan  moto gp.

Lalu di tahun berikutnya, aku mulai ngefans dengan Valentino Rossi. Aku bener-bener lupa apa titik awal yang bikin aku ngefans sama Rossi. Tapi yang pasti, di tahun-tahun berikutnya aku belajar banyak banget dari seorang Valentino Rossi. Salah satu value di diri Valentino Rossi yang sangat melekat buatku adalah, jangan berusaha untuk menjadi nomor satu. Berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Setiap balapan, Rossi selalu memberikan performa terbaiknya. Saat itu aku menyadari bahwa hal tersebut yang membuat nama dia menjadi sangat besar dan melegenda. Tentu saja, pembalap lain pun memberikan performa terbaik mereka saat balapan. Tapi seperti ada sesuatu di diri Rossi yang pembalap lain gak punya. Mau segimanapun cacatnya hasil free practices dan kualifikasinya, pada saat race di hari Minggu, Rossi seolah-olah punya kekuatan super. Makanya dia dijuluki sebagai Mr. Sunday.

Aku bisa aja ganti haluan untuk mengidolakan pemabalap lain saat Rossi pindah ke pabrikan Ducati beberapa tahun yang lalu. Masa-masa Rossi di Ducati adalah masa-masa sangat sulit bagi Rossi dan juga pendukungnya. Rossi yang biasanya selalu naik podium, pada saat dia di Ducati, bisa finish di top 8 aja udah syukur. Di masa-masa sulit itulah aku semakin kagum sama Valentino Rossi. Dia banyak mendapat cacian. Banyak yang nyuruh dia pensiun. Tapi dia tidak menyerah. Dia terus berusaha untuk melakukan perbaikan motor, push the limit ketika race dan tetap balapan hingga detik ini. Rossi itu seperti reminder di hidup aku tiap kali aku ingin menyerah dalam melakukan sesuatu. Kalo Rossi bisa, aku pun pasti bisa. Succes is learning curves. So keep trying and keep learning.

Sampai akhirnya aku di titik bahwa aku sadar, mungkin, yang bikin aku tetap mengidolakan Valentino Rossi adalah karena Rossi sudah menjadi bagain dari hidupku. Aku nonton Rossi sejak masa kanak-kanak akhir, remaja hingga dewasa awal. Rossi punya bagian di cerita masa kecilku. Bagaimana tiap hari Senin aku selalu pamer ke Pipi (sahabatku) tiap kali Rossi naik podium dan mengalahkan idola Pipi saat itu yaitu Pedrosa. Bagaimana aku mencuri-curi kesempatan untuk nonton Rossi balapan di minggu-minggu ulangan semester. Bagaimana value seorang Valentino Rossi bisa membantu aku untuk hidup menjadi seseorang yang lebih baik lagi sejak kelas 6 SD hingga sekarang. Hal-hal tersebut yang gak aku dapet dari rider-rider sekarang. Marquez pembalap yang hebat, tapi ketika aku SD, aku belum kenal Marquez. Aku tidak belajar value yang Marquez miliki saat ini ketika aku kecil. Mungkin itu yang bikin aku tetap mengidolakan Rossi sampai kapanpun; karena aku sangat berterimakasih. Dan alasan lain adalah karena aku cinta. Aku cinta kepada seseorang yang sudah memberikan banyak pelajaran berharga ke hidup ku. Itu yang membuatku tetap mengidolakannya.
I love Valentino Rossi. I love him. Always.


----


Sosok idola yang ingin aku ceritakan berikutnya adalah Super Junior. Salah satu boyband Korea Selatan di bawah naungan SM Entertaintment. Aku pertama kali tau tentang Super Junior itu sekitar tahun 2008/2009. Saat itu temen kecil sekaligus tetanggaku memperlihatkan video klip dari salah satu lagu Super Junio yaitu No Other. As a girl who loves hadsome guy(s), tentu aja aku langsung tertarik dong pas liat Siwon lol. Siwon gantengnya mah relate sepanjang masa. Mulai sejak itu aku ngikutin lagu-lagu Super Junior dari U, Don’t Don’t, It’s You, Sorry Sorry, Bonamana dan masih banyak lagi. Aku dan temen kecilku bahkan bela-belain begadang ketika SMP untuk nonton variety show Suju yang berjudul EHB dan Full House melalui vcd bajakan (Tuhan, semoga hamba masih punya kesempatan untuk masuk surga).

Siang ini, ketika aku buka youtube, tiba-tiba youtube merekomendasikan video penampilan Super Junior menyanyikan lagu Superman di Music Core 7 tahun yang lalu. Aku pun mengklik video tersebut dan kepo membaca kolom komentar. Ada seseorang yang komen; you should check the lyrics after you hear this song! Coolest song ever! Aku tau lagu Superman ini rilis bersamaan dengan Mr. Simple. Tapi aku gak pernah mencari tau lirik terjemahannya. Hingga siang tadi, aku mencoba gugling arti lirik lagu Superman dan ternyata lagu tersebut mempunyai lirik yang sangat indah. Berikut penggalan lirik dari lagu tersebut:



Super Junior is only missing the “MAN” from the name of SUPERMAN

All the ELF in the world fall fall fall for me run run to me. Let’s rejoice in this moment together


Elf adalah nama fandom Super Junior yang merupakan singkatan dari everlasting friend.


I emotionally touch those people that have genuinely, quietly loved me

Our passion is the best, our concentration is the best. Who would able to say we’ve finished?

Should I pluck the stars for you? Count them one...two....three...With the stars we’ve lost, we are thirteen stars.


Omagahhhhh! Hamba langsung berkaca-kaca ketika baca lirik tersebut. Jadi ceritanya, dulu formasi awal Super Junior itu terdiri dari 13 orang. Namun dalam perjalanannya, Super Junior ‘kehilangan’ 3 anggotanya yaitu Hankyung karena memiliki permasalahan dengan SM Entertaintment mengenai kontrak kerja, Kibum yang menyatakan ingin fokus dalam bidang akting dan Kangin yang hiatus karena terlibat skandal mengemudi dalam keadaan mabuk. Melihat ada lirik we are thirteen stars di dalam lagu Supermen, terlebih lagi bagian lirik tersebut dinyanyikan oleh Leeteuk (leader suju) membuat jiwa fangirling hamba kembali bergejolak.

But we’re not lonely. We have SM Family and ELF.

When your heart is sad, when you want to listen to a song, when you need something to lift your spirits up, we are next to you. Let’s all come together.

When you are very bored and surfing the internet, if you just type in “SUPER” our result will come come out. We’re always by your side.

Hyaaaaaaaaa. Ambyar hati dan air mataku mz:( Lirik tersebut menggambarkan perasaan memiliki satu sama lain antara idola dan penggemar. Kalo boleh minjem tagline-nya Liverpool mah, you never walk alone.

Even if the road we walk is barren, we are in the end, Super Junior the last man standing


Ketika mendengarkan lagu itu kembali, rasanya aku kembali ke masa lalu. Masa-masa pertama kali fangirling video klip lagu-lagu Super Junior, masa-masa nontonin variety show Suju ketika pusing belajar, masa-masa kesel karena gak bisa nonton konser suju di Jakarta, masa-masa rela streaming video klip lagu Mr. Simple di yutub hampir sejam lamanya karena koneksi internet yang allahu akbar lambatnya, masa-masa gugling biodata anggota-anggota Super Junior. Ketika flashback, aku menyadari bahwa hidup ku bahagia. Sangat menyenangkan.

Aku tetap ngefans sama Super Junior meskipun banyak boyband besar baru lainnya seperti BTS, Got7, Seventeen, Stray Kids, TXT, dll adalah karena Super Junior bisa membuat aku bernostalgia. Aku suka perasaan nostalgia. Setiap bernostalgi, rasanya ada perasaaan yang hangat. Rasanya aku bisa kembali mengingat diriku yang dulu tiap kali aku bernostalgi.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...