Langsung ke konten utama

Membaca This Is Me Letting You Go

 Buku This Is Me Letting You Go karya Heidi Priebe merupakan salah satu buku tergila yang pernah aku baca. Buku ini berisi 30 essay di mana letting go atau merelakan sesuatu maupun seseorang menjadi benang merah di dalamnya. Hal yang menarik buatku adalah penulis menuliskan buku ini ketika ia sedang mengalami patah hati. Sebagai seseorang yang pernah menulis dalam keadaan emosi di atas rata-rata, I know this book is gonna be lit and slay my entire existence. Apa yang ditulis dari hati, akan sampai pula ke hati.

    Buku ini sangat sweet, heart breaking and encouraging. So positive but not in toxic way. Meski buku ini menceritakan tentang cinta, luka, patah hati, masa lalu dan merelakan, penulis tidak meromantisasi hal-hal tersebut. Luka adalah luka; sakit, berdarah. Cinta tidak dituliskan sebagai sesuatu yang utopis. Dan yang paling penting adalah buku ini tidak self pity atau mengasihani diri sendiri (the type of book I hate the most). 

    Emosiku rasanya bergejolak saat baca buku ini. Buku ini bikin aku nangis, senyam-senyum, nangis, merenung, nangis lagi, menjerit IS THIS PERSONAL ATTACK?!, senyam-senyum, repeat. Menurutku, buku yang bagus adalah buku yang bisa membuat pembacanya melakukan self reflect. Dan aku merasakan itu. Buku ini membuatku berpikir dan merefleksikan pengalaman masa laluku. Buku ini mengingatkanku bahwa hidup memang perihal sudut pandang. Jika kita mau dan (akhirnya) mampu melihat pengalaman menyakitkan dari sudut pandang yang lain, kita bisa menemukan sesuatu yang baru dari pengalaman tersebut. Tetap sakit, tapi bisa jadi tidak seburuk itu. 

    Aku akan membahas beberapa essay favoritku dari buku ini. So here they are: 

    1.  Read This If Nobody Texted You Good Morning
    Sebagai orang yang sudah lama banget tidak mendapatkan ucapan 'selamat pagi' dari seseorang, bagiku tidak mendapatkan ucapan tersebut bukan merupakan suatu isu. Tapi mungkin bagi orang yang baru saja putus, tidak mendapatkan ucapan selamat pagi dari seseorang spesial merupakan sesuatu yang janggal. 

    "...good morning texts are more than a half-hearted means of communication. They are sign that we are thought of. Cared for. Adored, by someone who may not be immediately present. They are a reminder--one we perhaps should not need but sometimes do--that we are appreciated in our entireties.

    Aku sangat suka dengan kalimat they are a reminder--one we perhaps should not need but sometimes do--that we are appreciated in our entireties. Mungkin karena aku sudah terlalu lama sendiri, aku jadi lupa bahwa terkadang manusia butuh perasaan itu. Perasaan diinginkan oleh orang lain. Kebutuhan membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain. Dan ucapan selamat pagi dari seseorang maknanya bisa lebih dari hanya sekadar greeting. Ucapan tersebut mengingatkan kita bahwa kita dicintai. 

    Kutipan tersebut mengingatkanku bahwa memiliki perasaan diinginkan oleh orang lain adalah sesuatu yang normal. Meskipun kita tetap perlu ingat bahwa keberhagaan diri kita tidak bergantung dari ucapan selamat pagi dari seseorang. 

    "We all deserve to have a beautiful morning and a correspondingly fantastic day, regardless of who love us or appreciate us or thinks of us first thing when they wake up in the AM. 

    Tidak mendapatkan ucapan selamat pagi tidak serta-merta membuat hari kita menjadi tidak menyenangkan. We own our life. Kita memiliki kendali atas perasaan kita sendiri. Itu mungkin adalah hal yang sering dilupakan oleh kita bahwa tanpa adanya apresiasi dari orang lain, kita tetap berharga. 

    "And you, my dear, are too intense a power to be reduced by something as small and insignificant as the lack of a good morning text."

    2. I'm Texting You This Because I Like You 
    Hal lain yang aku suka dari buku ini adalah buku ini membuatku bisa kembali merasakan perasaan lovey-dovey yang sudah lama tidak aku rasakan. Aku bisa mengingat bagaimana manisnya ketika suka dengan seseorang. Aku bisa mengingat bagaimana aku mencari cara untuk berbicara dengan orang yang aku suka. I'm texting you because I like you. I want to talk to you. 

    Ada kutipan yang sangat manis dan amat ku suka dari essay ini: 

    "I'm texting you this because I want to know your thoughts on something--anything, really. Your mind is an infinite library that I would like to peruse for a while.

    Sebagai orang yang pernah jatuh cinta terhadap pikiran seseorang, sudut pandangnya, aku merasa sangat relate dengan kutipan tersebut ha..ha..ha..*laugh in tears* Kalo kalian sedang jatuh cinta, cocok banget baca essay ini. Aku yang hatinya hampir membatu aja bisa merasa berbunga-bunga. Apalagi klen yang sedang jatuh cinta ye kan. 

    3. The Truth About Meeting Someone At The Wrong Time 
    Essay ini seperti menjawab pertanyaan yang aku pertanyakan beberapa tahun lalu; apakah waktu yang tidak tepat akan membuat sesuatu yang tepat menjadi salah? 
   
    Beberapa dari kita mungkin pernah memiliki pengalaman bertemu dengan orang yang kita rasa tepat di waktu yang salah. Membuat kita berandai-andai bahwa jika saja kita bertemu orang tersebut lebih awal, semuanya akan menjadi sempurna. Waktu seperti merupakan variabel yang tidak bisa kita kontrol. Tetapi sebenarnya, hal yang kita tolak untuk terima adalah seseorang yang tepat di waktu yang salah adalah seseorang yang tidak tepat. 

    "The people we meet at the wrong time are actually just the wrong people. You never meet the right people at the wrong time because the right people are timeless.

    Hal tersebut yang membuatku selalu berdoa dengan template: datangkan lah seseorang yang tepat untuk hamba di segala hal yang tepat. Aku merasa sudah terlalu udzur ya menghadapi drama seseorang yang tepat di waktu yang salah atau orang yang salah di waktu yang tepat HAH DIKIRA WAKTU GUE SENGGANG BANGET APA HA?! *gebrak jok motor* 

    "When someone is right for us, we make the time to let them into our lives. And that kind of timing is always right."

     Momen yang tepat adalah momen yang dibuat. 

    4. Read This When You're Tired Of Everything
    Essay ini cocok dibaca untuk (((kita kita))) yang sedang berada di usia dua puluhan. Usia di mana membuat kita terkadang merasa bahwa life is a bitch and our life ain't movie. Kadang rasanya ingin berubah menjadi rumput laut yang bergoyang kesana kemari. To be exist is sometimes too much to ask for.

    " The truth is, we're all tired. Every single one of us. By certain age, we are all nothing more than an army of broken hearts and aching souls, desperately searching for fulfillment."

    Kutipan tersebut mengingatkanku dengan salah satu hal yang aku sadari di usia 24 tahun: we all confuse anyway. Terkadang kita melihat bahwa hidup orang lain lebih mudah, lebih bahagia dan lupa bahwa setiap orang memiliki struggle dan battle-nya masing-masing yang tidak kita ketahui. We're not alone in our exhaustion. 

    Salah satu concern ku di usia dua puluhan ini adalah aku merasa hidupku gini-gini aja. Apalagi jika melihat teman-temanku yang mengalami major transition seperti menikah, S2, mempunyai anak atau pindah negara. Aku yang belum mengalami major transition tersebut jadi merasa hidupku tuh gini-gini aja. Tidak ada progres padahal ada. Sekecil apapun itu, progres adalah progres dan kita tetap berproses. 

    " Some parts of life happen quietly. They happen slowly. They happen because of the small, careful choices that we make everyday, that turns us into better versions of ourselves. We have to allow ourselves the time to let those alternations happen. To watch them evolve. To not grow hopelessly frustrated in the in-between.

    Jika kita lihat dari sudut pandang yang lain, lelah merupakan tanda bahwa kita bergerak. Atau mungkin berlari. Dan ketika kita sudah terlalu lelah, kita butuh untuk istirahat sejenak.  Butuh untuk set the pace. To not rush. Dunia tidak akan kemana-mana. 

    " When you're tired, go slowly. Go quietly. Go timidly. But do not stop. You are tired for all the right reasons. You are tired because you're supposed to be. You're tired because you're making a change. You are exhausted for all the right reasons and it's only an indication to go on. You're tired because you're growing. And someday that growth will give way to the exact rejuvenation that you need."

    5. Here Is How You Love Without Expectation
    Oh I love this essay so much. Essay ini mengingatkanku kembali bahwa; even tough love does exist, we can't rely our life on someone. Mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain mungkin terdengar klise. Tapi cinta itu yang sebenarnya kita butuhkan. Kita memproyeksikan apa yang ada di dalam diri kita. Jadi, bagaimana kita bisa mencintai orang lain jika kita saja tidak punya cinta di dalam diri kita? 

    Bisa jadi ketika kita mencintai orang lain, itu bukan cinta. Itu adalah kebutuhan yang seharusnya kita penuhi tapi malah kita proyeksikan ke orang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. It's not their job. It's not fair for them. Love is about sharing what you have. 

    Kebutuhan-kebutuhan yang diproyeksikan ke orang lain tersebut mungkin merupakan awal dari adanya ekspektasi dalam mencintai seseorang. Kita menjadi tidak mencintai dia sebagai dia. Tetapi sebagai the idea of him. Or the idea of her. Mencintai diri sendiri merupakan proses yang sering dilupakan dalam mencintai orang lain. 

    " Because here's the thing about placing expectations on others: at the root of expectation is need. Need for others to accept you, to validate you, to tell you that you're good and worthwhile and strong. And if you can do that for yourself--if you can live up to your own expectations and desires, then the need for other people to do so disappears. The need to bend over backwards, to accommodate others, to seek validation from those who do not deserve your heart, disappear.

    6. Read This If There's Someone You Can't Forgive
    Aku sangat suka dengan definisi memaafkan yang dituliskan di buku ini. Memaafkan bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Memaafkan bukanlah magic button yang bisa mereset semua luka dan rasa sakit. 

    " Here's what they all fail to tell you about forgiveness: it's not going to fix anything. It's not an eraser that will wipe away the pain of what's happened to you. It does not undo the pain that you've been living with and grant you immediate peace. Finding peace is a long uphill battle. Forgiveness is just what you take to stay hydrated along the way."

    Hal lain yang aku suka dari definisi memaafkan di buku ini adalah memaafkan bukan berarti kita harus berteman dengan orang yang melukai kita atau memvalidasi perbuatan mereka terhadap kita. Gila aja kali?! Lo kagak gue lindes pake ban juga udah syukur?! Setidaknya buat aku, definisi tersebut sesuai dengan konsep memaafkan yang aku punya. 

    Jika definisi memaafkan adalah kita bisa berteman kembali dengan seseorang yang melukai kita atau kita bisa benar-benar tidak merasakan lagi luka tersebut, rasanya aku tidak akan pernah bisa memaafkan. It doesn't hurt me anymore, but I can still feel the pain. Those pain become part of my life. 

    " It means you're done waiting for the person who broke you to come put you back together. It's decision to heal your own wounds, regardless of which marks they're going to leave on your skin. It's the decision to move forward with scars."

    Tetapi jika memaafkan artinya adalah aku memegang kembali kendali atas perasaanku, atas masa lalu yang sudah terjadi, atas luka yang ku rasakan, maka aku bisa mengatakan bahwa aku sudah bisa untuk memaafkan. 

    7. I Flat-Out Refuse To Marry Anyone Unless These Are Our Vows
    Aduh essay ini benar-benar manis banget sih. Aku sangat suka dan setuju dengan kalimat pembuka essay ini: marrying you is not the end of my liberty; it's beginning of it. Bagiku pernikahan bukanlah suatu asimilasi melainkan sebuah akulturasi. Aku dan kamu tidak melebur jadi satu. Aku dan kamu merupakan individu yang hidupnya saling berdampingan dalam sebuah ikatan yang legal di mata hukum dan sakral atas nama Tuhan. Aku tetap menjadi diriku sebagai seorang individu dan begitupun dengan kamu. 

    " I'm not worried about falling out of love with you baby, because I never fell in. Loving you was a waking, conscious choice and it's one that I'm going to keep making until the day my heart stops beating."

    That was the most romantic words that I've ever read. Kalimat tersebut sangat sesuai dengan keinginan aku ketika aku memutuskan untuk menikah suatu saat nanti. Keputusanku untuk menikah adalah keputusan yang diambil secara rasional dan dengan kepala yang dingin. Menikah artinya kita akan melanjutkan hidup dengan orang lain; berdua. Maka dari itu perlu perencanaan dan kalkulasi yang matang. Suka atau tidak suka, cinta saja tidak cukup. 

    Itu adalah beberapa essay favoritku di buku ini. Masih ada 23 essay lainnya yang juga sangat bagus, insightful dan thoughtful. Kalian bisa membeli buku ini di e-commerce seperti Tokopedia atau Shopee. Selamat membaca dan meraung-raung bersamaku! *lalu berubah menjadi macan* 










    

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...