Desember adalah bulan paling ramai di hidupku di tahun 2021. Hampir semua genre kehidupan rasanya ada di bulan itu; comedy, thriller, slice of life, romance, tragedy. Bisa banget lah diangkat ke Netflix dengan judul "Sebuah Perjalanan Hidup Perempuan Biasa yang Diceritakan Luar Biasa dan Sedikit Dilebih-Lebihkan." Ditulis oleh dirinya sendiri dan intervensi suci dari Tuhan. Hidupku bulan lalu pokoknya sungguhlah what a dynamic.
Highlight dari kehidupan bulan Desemberku adalah AKHIRNYA aku bisa ke Bandung lagi! Total aku pergi ke 3 kota bulan lalu. Jakarta-Bandung-Jogjakarta. Supir travel behavior. Mari kita pecah cerita perjalanan ini menjadi 5 babak: Keberangkatan, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Tahun Baru. Here they are:
1. KEBERANGKATAN
Jujur, cerita proses akhirnya aku bisa liburan ke luar kota bulan kemarin sungguh drama dan dramatis. Sempat maju-mundur beli tiket karena ada peraturan PPKM nataru yang mana akhirnya dibatalkan. Lalu hari libur kantor diundur jadi bulan Januari. Kemudian surat edaran yang tiba-tiba muncul menginformasikan bahwa hari libur kantor hamba jadinya tetap bulan Desember. Sangking ditarik-ulur dan dipermainkannya hati ogut, ku sampai bilang ke Ayumi: Mi, akuteh hayang ke Bandung da. Lain ke Swiss.
Setelah beli tiket pesawat pun masih drama. Aku mengambil penerbangan Lampung-Jakarta. Males ambil flight langsung ke Bandung karena bandaranya jauh dan harganya jadi mahal najis. -1000 buat orang yang mempelopori ide memindahkan bandara Bandung ke Majalengka. Bandara Husein yang tempatnya sudah strategis be like:
Aku berangkat hari Selasa. My favorite day. Sengaja mengambil penerbangan sore agar bisa dijemput Tari yang selesai ngantor jam 16.30. Aku was-was banget hari itu karena hujan dari pagi! Aku gak pernah naik pesawat saat hujan. Mana hujannya deres banget. Pikiran pun mulai membuat skenario yang tidak-tidak.
Aku tiba di bandara kira-kira H-3 jam sebelum ke berangkatan. Ini semua akibat ayah yang salah dengar jadwal penerbanganku dan sudah siap-siap nganterin ke bandara dari subuh. Selain itu aku juga punya kecenderungan what if dan just in case. Aku merasa perlu untuk datang ke bandara, pol bus ataupun stasiun beberapa jam sebelum keberangkatan.
Semuanya sudah dipersiapkan. Surat swab rapid anti gen sudah ada. Aplikasi peduli lindungi sudah diunduh. Tiba di bandara pun beberapa jam sebelum keberangkatan. Tertata rapi dan matang banget kan rencana perjalanan aku hari itu. Seharusnya. Sampai tiba akhirnya check in...
Aku masuk bandara untuk check in tiket 45 menit sebelum keberangkatan. Sesampainya di dalam bandara, busettt antrian penumpang Lion Air yang mau check in panjang bener. Berasa di Yaumul Akhir gue. Padang Mahsyar atau bandara neh?!
Tapi aku masih tetap santai. Toh cuma antri berdiri doang ga pake acara harus pencak silat atau melewati lingkaran api. Ketika tiba giliran aku untuk check in tiket ke petugasnya, drama (episode kesekian) dimulai.
Mas petugasnya bilang, mbak, silahkan ke petugas di meja nomor 3 ya. Ini surat swab rapid antigennya tidak terintegrasi di peduli lindungi. Bingung banget lah ya kita bun. Kok bisa-bisanya surat swab rapid antigen yang suci itu tidak terintegrasi di peduli lindungi.
Aku jalan ke meja nomor 3 dengan keadaan masih positive vibes dan positive thinking. Suratnya udah ada ini dan hasilnya juga negatif. Paling tinggal diintregasiin aja ke peduli lindungi sama petugas di meja nomor 3, ujarku yang sangat sok tau ini.
Setelah sampai di meja nomor 3 dan menjelaskan permasalahanku kepada petugas, petugasnya malah nanya: mba punya nomor puskesmas tempat mba swab test? HELOWWW?? Dikata gue dan si puskesmas tuh bestie banget kali ya sampe punya nomor kontak satu sama lain. Pernyataan si mas petugas selanjutnya tak kalah mencengangkan: mba, ini mbanya harus swab ulang.
Masalahnya, itu sudah jam 14.00. Sedangkan pesawat aku terbang jam 14.30. Apa tidak kedumbrangan kita bun. Di sisi lain, aku tidak punya pilihan lain selain harus tes swab ulang.
Aku pun berlari keluar bandara. Mendaftar tes swab ulang. Kalo bisa, gue colok sendiri nih idung. Di tenda swab test, aku sampe kenalan sama mas-mas yang juga harus tes swab ulang. Dan masnya ternyata satu penerbangan sama aku; JT123. Yah kalopun ketinggalan pesawat, aku ada teman senasib lah.
Setelah tercepot-cepot swab test ulang, akhirnya akupun bisa check in jam 14.20. Mana selesai check in, ku kebelet pipis. Heran banget gue sama kandung kemih sendiri yang bertingkah di momen yang tidak tepat.
Untungnya, saat itu pesawatku ternyata delay karena cuaca buruk. Jadwal penerbangan dipindah jadi jam 15.00. Hhhhh tau gitu pas di toilet gue bukan cuma pipis tapi mandi kembang!
2. JAKARTA
Aku sangat berhutang budi kepada Astari yang memberi ide untuk bermalam sehari di Jakarta. Drama kehidupanku ternyata masih berlangsung setibanya di Jakarta. Aku tiba di Bandara Soetta pukul 15.55. Secepat kilat memang. Padahal selama di pesawat aku udah was-was war wer war wer karena cuaca buruk. Mana selama di pesawat aku baca buku tentang kematian.
Aku udah lebay banget memikirkan rencana terburuk; kalo pesawat ini jatoh, dan novel ku diketemukan di antara puing-puing pesawat, pasti headline berita jadi menyedihkan banget. Tanda-tanda kematian salah satu penumpang yang membaca novel tentang kematian.
Aku udah siap banget lah dengan kejadian terburuk. Aku perhatiin bener-bener instruksi safety guide dari pramugara, aku ingat-ingat exit door terdekat dan tak lupa membaca doa. Alhamdulillah kite-kite masih selamat. Turbulensi aja engga. Mamam tuh overthinking.
Sesampainya di Soetta, aku membayangkan langsung makan enak sama Tari. Tapi rencana tinggal rencana karena drama kehidupan memasuki babak baru. Bagasi penerbanganku tidak tertera di layar pengumuman manapun. Aku bahkan sampe jalan bolak-balik kek setrikaan ngecekin satu-satu.
Keadaan di Soetta chaos banget. Aku dan penumpang dari beberapa penerbangan lain harus menunggu bagasi keluar selama berjam-jam! Bahkan ada koper salah satu penumpang yang ketika di-tracking, ternyata ketinggalan di Belitung. (((ketinggalan))). Aku yang sudah lelah, lapar dan kumal hanya bisa bergumam,
Beberapa penumpang pun mulai hilang kesabarannya. Mereka marah-marah ke petugas bandara . Bahkan sampe banyak yang ngevideoin! Aku yang tidak ada tenaga hanya duduk di troli sambil merapatkan masker. Takut banget bun muka kita masuk video penumpang marah-marah dan videonya menjadi vayrel lalu muncul di on the spot.
Ku juga kasian sih sama mas petugas bandaranya yang pasti bingung juga. Mana spvnya ga mau turun tangan. Sabar ya mas. Namanya juga hidup.
Koperku akhirnya keluar sekitar jam 18.30. Dari yang harusnya aku menunggu Astari di bandara jadi berubah Tari yang harus nunggu aku keluar dari bandara. Aku menunggu Tari di depan hokben. Aaakkk ya ampun surreal banget waktu ketemu Tari lagi! Kek yang berasa ketemu artis?? Tentu saja aku artisnya di sini *digebukin warga*
Untung aku mengiyakan ajakan Tari untuk menginap semalam di Jakarta. Kalo aku memilih untuk langsung berangkat ke Bandung saat itu, sudah dipastikan aku ketinggalan travel. Terimakasih Tari! Terimakasih tumpangannya. Maafin selama aku tidur, aku tidurnya banyak gaya dan makan tempat:( Salam buat Pak Bas!
3. BANDUNG
Rabu, 22 Desember 2021. D-day akhirnya aku ke Bandung lagi. Aku berangkat dari Jakarta jam 8 pagi. Rasanya bisa ke Bandung lagi tuh gimana ya. It's weird. In a positive way. Aku gak ke Bandung selama 4 tahun (thanks to pandemic). Pas akhirnya ke Bandung lagi tuh kek yang
YA ALLAH AKHIRNYAAA!!
Setibanya di Bandung, aku langsung disapa sama tukang ojek. Pake Bahasa Sunda. Dan aku seneng banget tolong?? Fun fact yang tidak fun fun amat: dari kecil, aku suka sekali sama Bahasa Sunda. Padahal ibu aku orang Lampung dan ayah aku orang Jawa. Bahkan ketika ditanya tetangga, aku mau nikah sama orang apa, aku bilang aku mau nikah sama orang Sunda karena bahasanya lucu.
Gerakan Edi mencari cinta selama di Bandung
The thing that amused me when I went to Bandung again is, everything has changed but somehow feels the same.
Aku ga punya bucket list tempat-tempat yang mau aku kunjungi selama di Bandung. For me, Bandung is about the people. Aku cuma pengen ketemu temen-temen aku, sahabat aku. Meskipun kalo mereka ngajak nongkrong di warung kopi, itu sudah lebih dari cukup buat aku. Sometimes, home is not a place. But person. Or people. My Bandung people.
Aku akhirnya ketemu Dhiyaa. Gosip dan berantem secara langsung sama Dhiyaa. Senang sekali meskipun Dhiyaa suka ngomel-ngomelin aku di kosannya?! Dasar ibu tiri!
jumpa fans
Aku juga ketemu sama Daus dan Fajar.
Tempatnya emang gelap aja
Ketemu Rifki sama Ica juga
Sempet ketemuan juga sama Icen! Dan makan bareng sama Saski.
Ketemu dan makan bareng Ayu juga! Tapi lupa foto:(( Oktober kemarin sempat ngobrol sama Ayu dichat. Aku cerita punya rencana ke Jogja bulan Desember dan Ayu pun punya rencana yang serupa.
Tetap senang ketemu Ayu!
Oh! Aku juga ketemu sama aa' gojek yang baik banget. Diajakin ngobrol. Obrolannya menarik. Berawal dari mobil pejabat yang berisikkkk banget klakson-klakson padahal jalanan lagi macet. Kudu terbang kita teh?!
Aa' gojek: aneh ya teh. Lagi macet juga masih diklakson-klakson
Me : iya ya a'. Kalo mau cepet mah berangkatnya ti kamari weh ya
Aa' gojek : lagian mereka cepet-cepet juga mau kemana sih? Paling juga ke hotel
LMAOOOO!
Selama ngobrol, beberapa kali aa gojeknya memberi aku nasihat atau mengucapkan sesuatu yang tidak aku tanya atau minta tapi aku butuhkan. He's like someone sent by God at that moment.
Teteh dihadapkan dengan ini karena teteh yang mampu. Kalo saya yang dikasih atau orang lain da mungkin ga sanggup. Jadi ya dijalani aja. Nanti Tuhan kasih yang terbaik.
Teh kalo jodoh, jalannya pasti mudah. Dimudahkan.
Aku sangat berterimakasih serta mensyukuri pertemuan dan percakapan aku dengan aa gojek tersebut. Isn't a beautiful how universe works?
Bless you whenever you are. Semoga bapak senantiasa diberkahi oleh kebaikan.
Ketika di Bandung, rencananya mau ke Tahura. Tapi ga jadi. Jadinya diajakin ke Braga sama Tari dan Ayumi. Pagi-pagi bener ke Braganya. Berasa kuncen. Sebelum ke Braga, jajan buku dulu di Togamas. One of my comfort place.
Aku juga ketemu sama Zorion ya ampun! Zorion adalah ponakannya Ayumi. Ku udah ngikutin cerita, video dan foto-foto Zorion dari Ayumi sejak Zorion kecil. Dan akhirnya bisa ketemu juga sekaligus sama adeknya si Jun dan teh Monic. Lucu-lucu banget mereka teh huhu gumush!
Terimakasih Mi sudah ngajakin ketemu sama Zorion dan Jun! Terimakasih Jun sudah mau digendong-gendong tante Edi. Terimakasih Zorion sudah mau main bareng tante Edi. Terimakasih teh Monic yang sudah nganterin Edi swab tes di Stasiun Bandung.
Ayumi : Zorion sayang ga sama onty?
Zorion : sayang. Sayang onty, sayang adek, sayang ibu ini
Me : tante Edi, Zorion. Bukan ibu ini:(((
aku di mata Zorion:
Aku swab tes di Stasiun Bandung karena besok paginya mau ke Jogjakarta. Kebetulan banget (ga ada yang kebetulan ketang), sore itu Aih udah di Bandung. Baru balik dari Bali. Jadi bisa ketemuan. Ga ada fotonya. Ga sempet. Ga kepikiran. Lagian muka aku saat itu kalo difoto juga ga kondusif. Hahahaha.
Terimakasih ya Aih atas obrolannya. Semoga kalo aku ke Bandung lagi, kita bisa main dan ngobrol lebih lama!
Banyak hal yang terjadi selama aku di Bandung. Salah satu hal yang aku dapat dan aku ingat dari liburan aku di Bandung adalah sometimes, if something doesn't work out on your way, it's supposed to work out in THAT way.
Momen lain yang sangat berkesan buatku saat di Bandung kemarin adalah ketika aku sedang berdoa di masjid Stasiun Bandung. Memorable.
It's supposed to work out in that way...
4. JOGJAKARTA
Rute perjalanan favoritku ke Jogja adalah dari Bandung dengan kereta api. Alasan: (1) pemandangannya bagus, (2) bisa baca buku (3) rasanya kek lebih sakral aja gitu.
Tujuanku ke Jogja sebenarnya adalah jajan buku. Hahahaha. Ga ada tempat spesifik yang mau dikunjungi sebenarnya. Udah puas juga (wow congkak).
Aku merasa lebih familiar dengan Jogja dibanding Bandung; in terms of place. Di Jogja, aku tau mau kemana. Mau makan apa. Tempat makan yang enak. Kalo di Bandung, jujur aku ga tau bun. Ga hafal tempat main. Mungkin karena pas kuliah aku mainnya suka cabut ke Jogja. Bukan eksplor Bandung.
Di hari pertama, aku mengunjungi Alun-Alun Kidul. Aku ga melakukan masangin. Masuk antara dua beringin. Sebuah permainan di mana kita berusaha jalan masuk antara dua beringin kembar Alkid dengan mata tertutup.
Ku pernah melakukannya. Di tahun 2016. Dan berhasil *kibas poni* Aku pernah baca, katanya pada jaman dahulu masangin adalah sayembara untuk mencari istri pangeran. Barang siapa yang berhasil jalan memasuki antara dua beringin tersebut berarti lolos sayembara untuk diperistri pangeran.
Wow. Seandainya sayembara itu masih berlaku, mungkin sekarang aku lagi duduk bersimpuh menjahit batik di area keraton sembari menyandang nama baru Raden Ayu Eka Dian Hadiningrat.
Aku ke Alkidnya sore menuju maghrib. Jadi foto-fotonya berkonsep remang-remang.
langit sore hari pertama di Jogja
Di Jogja juga ketemu Mba Isti! Mba Isti udah berangkat duluan sama temannya hari Kamis. Kami ketemuan di KFC Malioboro. Meski rencana kita ke Jogja Juli lalu sempat batal, akhirnya tetap bisa ke Jogja juga yes.
Tentang perkulineran juga sebenarnya aku ga bikin list tempat yang harus dikunjungi. Hal yang ingin sekali aku kunjungi adalah Soto Ngadiran. Demi Allah sotonya enak banget! Sotonya tuh banyak jenisnya. Soto favoritku adalah soto daging nasi campur. Klen mau tau berapa harganya? 11 REBU! Cuma naik serebu dari tahun 2016 lalu yang harganya saat itu 10 ribu. Jogja dan misteri sistem ekonominya.
sebenarnya pengen beli pukis Mirota
tapi pukis pasar jadilah
Oh aku sempat nyobain tempat kuliner baru di Jogja. Namanya Langgi. Menunya tuh murah-murah. Dari rentang 1000 (iya bener seribu) sampai 5 ribuan. Menunya ada tumis jamur, sambal usus, tumis kikil, tumis sayur, dan sebagainya (alias lupa).
Tiap ke Jogja, pasti ku jadi suka masak. Mungkin karena kebawa kebiasaan pas bareng Pipi saat ku hampir sebulan di Jogja. Masak terosss karena berhemat. Tapi gpp. Ku senang. Siapa tau abis balik dari Jogja, ku bisa masuk dan masak di galeri Masterchef dengan mata tertutup.
grocery shoping
Tahun 2016, aku menyaksikan festival lampion di Kaliurang. Tahun 2021, aku melihat lampionnya di Taman Pelangi. Yang deket-deket aja karena rasa mau encok kalo jalan jauh-jauh.
Di Taman Pelangi ada fountain festival. Setiap jam 8 malam (dan jam berapa lagi gitu lupa) akan ada pertunjukkan air mancur. Bagus. Waktu aku kesana, suasana lagi sepi karena abis hujan. Jadi nontonnya pertunjukkan air mancurnya lebih khusyu dan tumakninah.
Aku juga mengunjungi Keraton. Tiap ke Keraton, ku merasakan dorongan aneh untuk menjadi mba-mba Jawa seutuhnya. Kalo liat Abdi Dalem Keraton tuh bawaannya aku pengen ikutan daftar. But with this personality, keknya kalo aku jadi Abdi Dalem, ku bakal mendapat tupoksi untuk menaklukkan siluman harimau.
Hal yang aku suka tiap ke Keraton tuh bisa melihat barang-barang antik. Mungkin karena aku suka baca buku sejarah kali ya jadi amazed aja kalo bisa melihat peninggalan sejarah secara langsung (meski berkali-kali).
Selama di Keraton, w hati-hati banget. Takut takut salah injak, w berubah jadi kendi.
aq sesudah makan (kesurupan Sophia Latjuba)
Aku juga mengunjungi kios buku-buku bekas di Taman Pintar. Recommended banget! Tapi kalo mau berkunjung kesana, pastikan udah tau sih mau nyari buku apa karena bukunya banyak banget. Mau liat-liat doang lumayan susah karena bukunya ditumpuk-tumpuk. Kecuali u punya waktu yang banyak dan pinggang yang paripurna.
sama bude-bude penjual buku😭
Setelah beli buku di Taman Pintar, tentu saja berbelok ke Malioboro.
Dan hal yang aku suka juga dari Jogja adalah langit sorenya. Berikut beberapa potret langit sore Jogjakarta:
Itu lah beberapa foto perjalananku selama di Jogja. Tidak semuanya aku cantumkan di sini. Takut blog ini berubah jadi akun detik traveler!
5. TAHUN BARU
Aku merayakan tahun baru di bus. Seingatku ketika pergantian tahun, aku ada di Jakarta (kayaknya ya). Tentu saja aku mengikuti detik-detik pergantian tahun. Nonton kembang api juga meski hanya dari balik jendela bus.
Tahun 2021 tuh rasanya gimana ya. Ramai. Warna-warni. Aku berhasil mecahin rekor lariku sendiri. Aku bisa menulis blog selama 30 hari. Aku menemukan Chit Chat Club; platform Berbahasa Inggris yang aku cari-cari sejak lulus SMA. Untuk pertama kalinya aku kerja nulis web content. Bahasa Inggris pula. Surprisingly aku bisa wow! And I quite satisfied with my work. A lot can happen in a year. Even in 4 months.
Mungkin salah satu yang berkesan buatku di tahun 2021 adalah tentang perjalananku perihal berdoa. Doa-doa yang tidak mungkin dituliskan di sini meskipun ingin diaamiinkan oleh banyak orang. Doa-doa yang disampaikan dalam keadaaan lapang maupun sempit, putus asa, bingung, marah, berpasrah.
Aku jadi menyadari bahwa berdoa adalah perihal meminta. Bukan memaksa
Dan bisa jadi, berdoa bukanlah selemah-lemahnya usaha. Tapi sekuat-kuatnya usaha.
Aku sangat bersyukur bahwa aku memulai tahun 2022 ini dengan perasaan yang ringan, tenang. Di segala ketidakpastian di dunia ini, perasaan tenang dalam melangkah ada sesuatu yang mewah. Ada harapan yang senantiasa aku panjatkan dalam doa. Namun bedanya dengan tahun sebelumnya, aku sudah bisa hanya meminta. Apapun yang Tuhan berikan nantinya, itu tetap sebuah berkah.
Aku sempat menulis ini di journal harianku tentang tahun 2022:
"One step at a time. One day at a time. A lot can happen in a year. Have a faith. Jalani saja. Berdoa. Apa yang tertakar tidak akan tertukar. Enjoy every moment. Cherish it. Pelan-pelan. Have a faith."
Happy new year, everyone! May we have a wonderful journey in 2022💜🌻
Komentar
Posting Komentar