Langsung ke konten utama

#30DayChallenge: You Were Not Happier Back Then

    30 day challenge adalah challenge yang aku buat sendiri karena hidupku kurang menantang hahahayaenggaklah. Di challenge pertama ini, aku berusaha untuk membaca artikel di kanal Psychology Today dan menuliskan hasil bacaanku di blog ini selama 30 hari. Semoga ku senantiasa rajin dan konsisten. Semangat ya aku  #MenyemangatiDiriSendiri #Mandiri 


    Artikel pertama yang ku baca judulnya adalah "No, You Were Not Happier Way Back When, Here's Why." Artikel tersebut ditulis oleh Mark Travers, Ph.D. Di artikel tersebut terdapat istilah menarik yaitu rosy retrospection. Rosy retrospection adalah bias kognitif di mana seseorang cenderung mengingat bahkan melebih-lebihkan hal positif yang terjadi pada masa lalu. Terkadang ((kita))) terjebak dalam ingatan masa lalu. Kalo kata teteh Raisa mah, ku terjebak di ruang nostalgiaaaa~~ *tolong beri aku panggung* Terkadang kita berpikiran bahwa di masa lalu hidup jauh lebih mudah, jauh lebih bahagia dibanding kehidupan yang sekarang. Ternyata pemikiran tersebut merupakan trik yang dilakukan oleh pikiran kita terutama ketika saat kita sedang merasa tidak berdaya atau overwhelmed dengan kehidupan kita di masa sekarang. 

    Contoh rosy retrospection bias adalah ketika aku mengingat masa-masa kuliah di Bandung beberapa tahun yang lalu. Aku selalu throwback ke jaman kuliah di Bandung ketika hidup sedang lasut akibat pekerjaan. Ketika aku mengingat masa laluku selama di Bandung, yang aku ingat adalah hal-hal yang menyenangkan seperti temen-temen kuliah yang baik, banyak kegiatan seru di kampus, orang-orang Bandung yang ramah, mudahnya hidup dengan fasilitas memadai di kota besar. Padahal sebenarnya selama kuliah di Bandung ga semua isinya tentang yang bahagia-bahagia. Ada momen melelahkan  karena begadang ngerjain deadline laporan, sulitnya menghadapi mata kuliah metode penelitian kuantitatif (traumatis abis), tugas numpuk, momen ga punya duit, nangis karena kehidupan percintaan pun:(  

   Rosy retrospection bias seperti memiliki dua sisi mata uang. Satu sisi, hal tersebut dapat membantu kita untuk tetap berpikiran positif pada masa sekarang. Namun di sisi lain, rosy retrospection bias dapat menyebabkan penyimpangan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Contohnya adalah dalam hubungan KDRT. Korban cenderung memaafkan pasangannya yang abusif karena meningat hal-hal manis yang dilakukan oleh pasangannya. Lupa pas bagian digebukinnya, dikata-katain pake kalimat kasar. Akibatnya, korban cenderung sulit keluar dari hubungan toxic tersebut karena sering mengingat hal positif dari hubungannya sehingga mudah untuk memaafkan perilaku abusif pasangannya.

"It’s always a good idea to approach our nostalgic feelings with a healthy degree of skepticism"

    Penelitian psikologis secara umum menunjukkan bahwa hari-hari terbaik kita ada di depan kita bukan berada di belakang. Ada sebuah hasil penelitian  menarik dari studi yang melacak optimisme orang dari waktu ke waktu. Para peneliti menemukan bahwa optimisme terendah seseorang terjadi pada usia dua puluhan, kemudian meningkat secara bertahap pada usia tiga puluhan dan empat puluhan, memuncak pada usia lima puluhan dan menurun setelah usia itu. Well no wonder ya, aku yang berusia 20an ini kadang bawaannya pengen berubah menjadi sendok nyam-nyam. 

  Hasil penelitian tersebut merupakan bukti bahwa hari-hari terindah kita masih akan datang. Meskipun sekarang hari indah tersebut belum datang, bukan berarti hari-hari indah tidak akan pernah datang. 


Here's link of the article

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...