Langsung ke konten utama

#30DayChallenge: Apakah Perempuan dan Laki-Laki Dapat Hanya Benar-Benar Berteman?

     Aku adalah orang yang menentang gagasan bahwa tidak ada sahabat yang murni antara laki-laki dan perempuan. Jika bukan kamu yang terjebak di dalam hatinya, maka dia lah yang jatuh hati padamu. Aku sangat menghormati pertemanan dengan teman laki-lakiku. Makanya aku paling kesel kalo pacar teman laki-lakiku membuat mereka menjauh dari aku. I'm not going to steal your boyfriend?! That kind of behavior is not my style so chill. 

    Aku memberikan garis yang jelas dalam pertemananku dengan laki-laki. Aku bahkan memiliki prinsip bahwa aku tidak akan mengencani atau menjalin hubungan romantis dengan sahabat laki-lakiku. Aku dulu bahkan sempat kesal kalo ada teman laki-laki yang ku anggap sudah dekat menyatakan perasaannya kepadaku. Dude, I love you really. As a sibling. Not a man. But love is still love right? Sometimes less is more

    Aku jadi penasaran mencari tahu apakah perempuan dan laki-laki bisa hanya benar-benar berteman? Tanpa embel-embel friend zone atau teman tanda kutip. Artikel Psychology Today yang aku baca hari ini berjudul Can Women and Men Be "Just Friends?" 3 Ways to Make it Work. Ditulis oleh F. Diane Barth L.C.S.W. 

    Sekelompok peneliti menemukan bahwa ketertarikkan seksual merupakan salah satu masalah terbesar dalam persahabatan lintas jenis kelamin (jenis kelamin yang berbeda). Para peneliti juga menyatakan bahwa persahabatan non seksual dengan wanita lebih sulit bagi pria. Namun tidak semua orang beranggapan seperti itu.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Diane Barth kepada laki-laki tentang pertemanan mereka, ia menemukan bahwa beberapa laki-laki dari berbagai usia menghargai persahabatan mereka dengan wanita. Beberapa dari mereka juga mengatakan bahwa ketertarika seksual bukanlah suatu deal breaker. Salah satu laki-laki yang diwawancari Diane Barth berkata; Say sering tertarik kepada teman perempuan saya tetapi itu tidak berarti kita harus menindaklanjutinya. Nyatanya, saya cukup yakin hal itu dapat merusak persahabatan saya jika saya melakuannya.

    Pertanyaan apakah perempuan dan laki-laki dapat benar-benar berteman menjadi sangat penting akhir-akhir ini karena banyak laki-laki dan perempuan (yang bukan calon pasangan romantis) memiliki lebih banyak kontak satu sama lain dibanding masa lalu. Sekelompok peneliti menunjukkan bahwa di dunia modern sekarang, perempuan dan laki-laki usia reproduksi yang tidak memiliki hubungan secara genetik, sekarang berinteraksi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti mereka bekerja bersama, mereka bermain olahraga bersama, mereka menghibur anak-anak mereka bersama, mengikuti pelatihan atau melakukan hobi yang sama. 

    Maka dari itu dibutuhkan beberapa pedoman atau guidline yang dapat membantu negosiasi dan interaksi dalam persahabatan antara perempuan dan laki-laki agar pertemanan tersebut tidak menjadi hubungan yang membingungkan dan rumit. Diane Barth memberikan 3 gagasan yang mungkin dapat membantu menjadi pedoman dalam pertemanan antara laki-laki dan perempuan:

    1. Menjaga rasa saling menghormati

    Beberapa laki-laki dan perempuan yang pernah berbicara dengan Diane mengatakan bahwa nilai-nilai, selera humor dan minat yang sama mengarahkan persahabatan mereka. Namun hal yang krusial bagi mereka dalam persahabatan tersebut adalah menghargai satu sama lain. Menghargai dalam artian memperhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan teman dari persahabatan tersebut dan mengharapkan mereka melakukan hal yang serupa.

    2. Menjaga batasan

    Hal ini berarti menyadari tentang batasan dalam pertemanan dan tidak menuntut secara tidak adil satu sama lain. Menjaga batasan juga berarti memiliki hak untuk berkata 'tidak'. Seseorang laki-laki pernah bercerita kepada Diane Barth bahwa teman perempuannya pernah menelpon dia tengah malam dan berkata bahwa sedang kesepian. Laki-laki tersebut merasa ia tidak nyaman dengan telpon tengah malam tersebut.

    Ia lalu menjelaskan kepada teman perempuannya bahwa ia merasa tidak nyaman dan terganggu dengan telpon tengah malamnya. Teman perempuannya begitu kesal karena semuanya menjadi jelas. Teman laki-lakinya hanya menganggap pertemanan tersebut sebatas pertemanan sedangkan dia menganggap lebih. Menjaga batasan dalam pertemanan berarti dapat menyadari perbedaan antara pertemanan dan percintaan

    3. Mengklarifikasi perasaan jika diperlukan

    Diane Berth mengatakan bahwa dalam pertemanan, tidak selalu perlu bahkan bagus untuk membicarakan segala hal. Baginya, terkadang lebih baik untuk tidak membacarakan banyak hal.  Hal terpenting dalam suatu hubungan adalah komunikasi yang baik.

    Jika terdapat kesalahan atau salah paham, kita sebaiknya mengungkapkan apa yang kita pikirkan ke teman tersebut dan meminta teman kita untuk melakukan hal yang sama. Kejujuran merupakan hal yang penting dalam pertemenan meskipun terkadang sebuah kejujuran dapat menyakiti perasaan. Friendship can only survive if both of you are in the same page. Jika salah satu memendam harapan bahwa pertemanan tersebut dapat menjadi hubungan romantis sedangkan yang lain tidak memiliki keinginan untuk ke arah sana, maka akan ada yang terluka *genjreng gitar* 

    Mengikuti pedoman tersebut tidak hanya dapat membantu mengelola dan memelihara pertemanan antar jenis kelamin tetapi juga membantu dalam hubungan yang lain. Contohnya ketika Lucy (nama samaran dalam artikel tersebut) berkata langsung kepada suaminya tentang ketakutannya terhadap pertemenan suaminya dengan perempuan tanpa menyerang atau tidak menghormati suaminya, suaminya dapat menjelaskan bahwa ia tidak memiliki ketertarikan untuk menjalin hubungan lebih dengan teman wanitanya tersebut. 

    Lucy jadi menyadari bahwa kepedulian suaminya terhadap teman wanitanya menjadi bagian dari apa yang membuat suaminya begitu luar biasa. Selain itu Lucy juga menyadari bahwa ada bagian tentang suaminya yang tidak suaminya bagikan dengan teman wanitanya. Dengan begitu, Lucy tidak hanya dapat menerima teman wanita suaminya tetapi juga seiring waktu banyak teman wanita suaminya yang juga menjadi teman Lucy. 

    Perempuan dan laki-laki tentu saja dapat berteman bahkan bersahabat, asal tujuan dari pertemanan tersebut jelas, searah dan sama. Tentu saja ketertarikan seksual terkadang tidak dapat dihindari. Akupun pernah merasakan ketertarikan dengan teman laki-lakiku. Bagiku ketertarikan tersebut merupakan hal yang wajar. Dan aku dapat cukup asertif dengan perasaanku tersebut. Apakah aku mau menindaklanjuti dari perasaan ketertarikan tersebut atau tidak. Dan aku memilih untuk tidak

  Jika kita cukup asertif dengan perasaan kita, pertemanan antara laki-laki dan perempuan dapat benar-benar terjadi. Tanpa embel-embel harapan, atau istilah friend zone di dalamnya. Set the boundaries and choose your fight; you wanna a friendship or romance




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...