Hari ini rasanya merupakan hari nostalgia sedunia. Tania membagikan foto-foto angkatan ketika kuliah di google drive. Ayumi juga melakukan hal yang sama. Dan hari ini Taylor Swift mengeluarkan lagu Love Story (re-recorded, Taylor's Version). Time machine does exist through photo and music.
"Kalo inget-inget jaman kuliah, beban kehidupan teh asa ga seberapa. Tapi kayaknya 10 tahun lagi, kita juga akan merasa hal yang sama kalo inget masa-masa sekarang." -aku si 25 tahun yang sedang bernostalgia di grup chat. Aneh banget rasanya ketika bernostlagia. Aku yang sudah berusia 25 tahun ini bisa merasakan apa yang terjadi bertahun-tahun lalu ketika aku berusia 20 tahun. Rasanya momen itu baru saja terjadi. Batas antara masa lalu dan masa sekarang sangatlah jauh namun terkadang terasa nyaru.
Hari ini aku membaca artikel Psychology Today yang berkaitan dengan nostalgia yaitu The Meaning of Nostalgia. Ditulis oleh Neel Burton M.D. Neel menyebutkan bahwa nostalgia adalah sentimentalitas terhadap masa lalu, biasanya tentang waktu atau tempat di masa lalu yang bersifat positif (the good old days of yore). Nostlagia menggabungkan kesedihan akan kehilangan dengan kegembiraan atau penghiburan bahwa kehilangan tersebut tidak pernah benar-benar hilang. Meskipun kehidupan ini bersifat fana, apapun yang telah terjadi di hidup kita selamanya menjadi milik kita. Kalo kata Andre Brink di novelnya: tidak seorang pun yang dapat mengambil sesuatu yang telah terjadi di hidup kita. Termasuk diri kita sendiri.
Nostalgia sering kali dipicu oleh pemikiran tentang masa lalu seperti tempat dan objek tertentu, perasaan kesepian, keputusasaan atau ketidakberatian, suara, bau, tekstur serta rasa. Neel Burton bercerita tentang pengalamannya saat kecil ketika anjing peliharaannya bernama Oscar mati terlindas traktor. Neel Burton kemudian menyimpan seikat bulu Oscar sebagai kenangan. Sama seperti mainan dan buku atau rumah masa kecil kita, seikat bulu Oscar tersebut menjadi semacam portal waktu bagi Neel yang menolong dirinya untuk mengenang Oscar.
Neel menyebut nostalgia dengan kata menolong karena nostalgia memang memiliki fungsi adaptif yang tidak terduga. Di keseharian kita yang kadang sangat membosankan atau bahkan tidak masuk akal, nostalgia dapat memberi kita konteks, arah dan perspektif yang sangat dibutuhkan. Nostalgia dapat meyakinkan kita bahwa hidup kita (dan juga orang lain) tidak lah sedangkal yang kita kira. Hidup kita berakar dari sebuah cerita yang telah terjadi dan sekali lagi akan menjadi momen dan pengalaman yang berarti.
Tidak mengherankan bahwa nostalgia lebih terasa di saat-saat yang penuh ketidakpastian atau masa-masa transisi. Seperti ketika masa transisi dari SMA ke masa kuliah. Biasanya kita bernostalgia tentang kehidupan kita saat masih remaja di SMA. Menurut sebuah penelitian, nostalgia juga sering terjadi pada hari-hari yang dingin atau ruangan yang dingin dan membuat kita terasa lebih hangat.
Nostalgia dapat menjadi sesuatu yang paradoks. Di satu sisi, nostalgia memberikan kita ingatan tentang masa lalu namun di sisi lain juga nostalgia mengingatkan kita bahwa momen tersebut sudah berlalu atau tidak terjadi lagi di masa sekarang. Hal tersebut dapat menggerakkan kita melakukan sebuah kompensasi atau penggantian. Sayangnya kompensasi tersebut sering kali berbentuk pengeluaran sehingga pasar memanfaatkan nostalgia untuk menjual segala sesuatu mulai dari musik, pakaian atau rumah. Contohnya mungkin membeli album Taylor Swift yang berisi lagu re-recorded Love Story karena lagu tersebut mengingatkan dengan masa-masa remaja kita (tapi aku tetap cinta kamu wahai kak ular taytayđź’—).
Nostalgia juga bisa dapat dikatakan sebagai bentuk penipuan diri kita yang melibatkan distorsi dan idealisasi masa lalu. Nostalgia membuat kita hanya mengingat hal positif yang terjadi di masa lalu. Hal itu disebut sebagai rosy retrospection. Aku pernah menuliskan tentang rosy retrospection di tulisan You Were Not Happier Back Then
Jika kita melakukan nostalgia secara berlebihan, nostalgia dapat memunculkan utopia yang tidak ada dan tidak pernah bisa ada namun kita mengejar utopia tersebut dengan segala cara dengan mengesampingkan kebahagiaan dan kesempatan yang ada di kehidupan kita sekarang. Masa lalu merupakan sesuatu yang pasti. Sudah pasti terjadi dan kita tidak bisa hidup di masa itu lagi. Meromantisasi nostalgia secara berlebih dapat membuat kita hidup di angan-angan dan pengandaian.
Sometimes we think we were happier back then,
but the truth is, there's always joy and happiness in the present. The thing we need is...to notice.
Komentar
Posting Komentar