Setidaknya sekali dalam sebulan aku mengeluhkan menjadi perempuan yaitu ketika PMS. Dibuahi bikin effort, gak dibuahi pun tetap bikin effort. Beberapa atau bahkan banyak perempuan yang menderita secara fisik, emosi dan kognitif selama PMS. Contoh gejala saat PMS adalah sakit kepala, nyeri payudara, kram, bloating, nyeri otot (gejala fisik). Mengalami masalah emosi seperti kemarahan, kecemasan, lekas marah dan kesedihan. Gejala kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi, pengambilan keputusan yang buruk.
Mungkin masih banyak yang menganggap PMS adalah menstruasi. Pre menstrual syndrome atau PMS merupakan istilah yang menggambarkan gejala-gejala di atas sebelum terjadinya menstruasi. PMS terjadi beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelum terjadinya menstruasi.
Aku tuh eneg bangetz pake z sama PMS. Bawaannya lemes kek abis disentak brimob, dada nyeri, perut bloating, mellow (tiba-tiba suka nontonin video sedih-sedih lalu menangis dan mempertanyakan tentang kehidupan. Drama kween hashtag Ilovemyself💘). Maka dari itu hari ini aku memutuskan untuk membaca artikel Psychology Today berjudul Natural Help for PMS: Carbohydrates. Ditulis oleh Judith J. Wurtman, Ph.D.
Gejala lain dari PMS adalah meningkatnya nafsu makan. Beberapa tahun lalu Judith Wurtman beserta koleganya mencari tahu apakah peningkatan nafsu makan ketika PMS adalah hal yang benar-benar nyata atau hanya sekadar anekdot. Judith dan koleganya kemudian menempatkan beberapa perempuan di fasilitas penelitian MIT selama beberapa hari pada awal siklus menstruasi mereka dan kembali tiga minggu kemudian ketika mereka mengalami menstruasi.
Selama di fasilitas penelitian MIT, mereka memiliki akses untuk mendapatkan makanan berprotein dan berkarbohidrat. Para perempuan tersebut memiliki berat badan normal pada awal siklus menstruasi mereka. Mereka mengonsumsi 1800 kalori per hari, memilih makanan berprotein dan berkarbohidrat. Namun ketika PMS, asupan kalori harian mereka meningkat sekitar 1100 kalori setiap hari. Peningkatan kalori tersebut terutama berasal dari karbohidrat manis dan bertepung.
Lalu muncul pertanyaan mengapa mereka mengonsumsi banyak karbohidrat? Apakah mengonsumsi banyak karbohidrat dapat membuat gejala PMS mereka membaik atau malah memburuk? Pertanyaan ini merupakan hal penting karena banyak sekali bacaan yang menyarankan perempuan untuk mengurangi asupan karbohidrat dan gula, melakukan diet keto atau rendah kalori, menjalani diet dengan memperbanyak asupan sayuran, biji-bijian berserat tinggi, protein tanpa lemak untuk mengurangi gejala PMS.
Ketika Judith J. Wurtman menjalani studi ini, beberapa dokter berkata kepada perempuan untuk menjauhi cokelat meskipun perempuan tersebut sangat menginginkannya. Alasannya adalah kamu mengalami PMS. Kamu makan cokelat, cokelat menyebabkan PMS.
Namun studi yang dilakukan Judith menunjukkan bahwa mengonsumsi karbohidrat dapat meredakan gejala PMS secara signifikan. Mood seperti marah, menginginkan mengkonsumsi karbohidrat dan perhatian mereka meningkat ketika mereka mengonsumsi (tanpa mereka ketahui) minuman yang mengandung karbohidrat. Sedangkan minuman yang mengandung protein tidak menghasilkan efek yang menguntungkan.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan serotonin setelah mengonsumsi makanan berkarbohdirat. Hal itu dapat menjadi bukti bahwa penurunan aktivitas serotonin bertanggung jawab atas perubahan mood saat PMS. Studi menunjukkan bahwa perempuan yang menderita gejala PMS parah merasa lebih baik ketika aktivitas serotonin ditingkatkan dengan obat-obatan (drugs). Untungnya ejala PMS yang sedang atau normal dapat diintervasi dengan non obat seperti melalui karbohidrat.
Di sisi lain, para pendukung diet keto merekomendasikan perempuan menghindari karbohidrat untuk meredakan gejala PMS mereka. Karbohidrat memang dianggap berkontribusi pada gangguan PMS. Fluktuasi dalam gula darah, vague inflammation yang berkaitan dengan asupan gula, peningkatan kadar estrogen, perubahan magnesium akibat asupan gula dan penyebab spekulatif PMS lainnya dikemukakan sebagai alasan untuk menghindari karbohidrat. Judith mengatakan bahwa hal yang luput dipertimbangkan oleh para pendukung diet kato adalah karbohidrat menghasilkan serotonin.
Judith menjelaskan bahwa mengurangi asupan karbohidrat dapat memperburuk gejala PMS terutama perubahan mood, tidur dan craving. Selain itu, perempuan yang mengalami gejala PMS yang parah atau bahkan PMDD (pre menstrual dysphoric disorder) karena terjadi penurunan yang signikan pada akitivtas serotonin di akhir siklus menstruasi, dapat mengalami gejala PMS yang makin buruk jika menjalani diet keto.
Mungkin kata kuncinya ada di peningkatan aktivitas serotonin ya. Jika sedang diet, mungkin kita bisa menyisipkan makanan berkabohidrat 'baik' seperti nasi merah, roti gandum atau quinoa ke dalam menu kita. Atau bisa meningkatkan aktivitas serotonin dengan cara lain seperti berolahraga atau nonton srimulat H3H3.
Komentar
Posting Komentar