Sampai sekarang aku masih terus mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Mengapa menikah? Setiap ada teman yang menikah, aku selalu bertanya-tanya; apa ya yang membuat dia sampai di titik untuk mengambil keputusan menikah? Mungkin aku berpikir seperti ini karena sedang berada di fase status quo. Lagi suka sama orang aja enggak. Sangking kosongnya ya, hati ini bukan lagi bisa dikontrakin. Tapi bisa dipake jadi pemukiman warga.
Alasan selanjutnya kenapa aku belum ingin menikah, mungkin karena aku belum ketemu dengan that person ya. For me, marriage it's not because I need someone. It's because I need 'you'. Kalo pun aku sudah bertemu dengan that person, aku mungkin masih bertanya-tanya sih (saat ini. Teuing nanti) apa yang membuatku nanti mau memutuskan untuk menikah. Apa ya urgensi menikah buat aku nanti?
Aku pun mencari artikel Pscyhology Today terkait pertanyaan aku tersebut. Aku akhirnya menemukan dan membaca artikel menarik berjudul Marry? Ditulis oleh Marty Nemko Ph.D. Bagi beberapa orang, menikah bukanlah suatu pencapaian. Tapi bagi beberapa orang yang lain, menikah adalah 'langkah selanjutnya' yang harus diambil dalam kehidupan. Dan bagi beberapa orang yang lainnya lagi, setidakanya mereka pernah bertanya-tanya apakah harus menikah? atau apakah saya harus menikahi orang tersebut. Artikel ini membahas tentang beberapa pro kontra dari menikah dan pertanyaan apakah kita sebaiknya menikahi that person. Artikel ini mungkin bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kelebihan Pernikahan
1. Kekuatan Hukum
Pernikahan merupakan sesuatu yang legal. Diakui secara agama dan negara. Berada di bawah payung hukum yang mengatur tentang pernikahan. Hukum tersebut memiliki tujuan yaitu meningkatkan stabilitas hubungan dan untuk setiap anak dari hubungan tersebut. Mungkin seperti ketentuan untuk memberi nafkah lahir dan batin. Kalo pacaran aja kan gak ada hukum sah yang mengatur bok.
Selain itu juga, menikah memberikan adanya masa cooling-off atau pendinginan. Kalo pacaran mungkin kan cepet banget ya bilang putus. Toh besok kemungkinan balikannya besar. Tapi kalau menikah berbeda. Terdapat proses yang 'panjang' untuk mengakhirinya. Dan hal tersebut memberikan kita jeda atau momen untuk mendinginkan kepala dan menimbang keputusan mengakhiri hubungan secara bijak.
2. Berbagi Kontribusi yang Stabil
Stabilitas pernikahan memperluas tanggung jawab hidup seseorang (ini keknya alasan selanjutnya aku belum mau menikah. Ku sedang tidak ingin menambah tanggung jawab. Kecuali suami ogut nanti adalah konglomerat #LohMatreTernyata #AkuSiKapitalis). Sepasang suami istri dapat mengandalkan satu sama lain untuk terus berkontribusi terkait pendapatan, berbagi pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, dan sebagainya.
Tentu saja kelebihan ini bisa dirasakan kalau kita atau pasangan kita tidak menganggap menikah sebagai solusi atas masalah yang sedang dihadapi. Contohnya menikah karena ingin ada yang menafkahi. Hm ya sebenarnya itu hak masing-masing sih ya. Gak boleh gitu Eka Dian. TAPI YA TOLONG LAH?!
3. Pernikahan Mendorong Monogami
Seseorang lebih cenderung dapat untuk tetap setia secara seksual karena mereka mengetahui bahwa hubungan seks di luar pernikahan dapat meningkatkan risiko perceraian dan perceraian memerlukan biaya finansial, temporal dan emosional. Monogami juga memiliki manfaat lain yaitu dapat memperdalam hubungan, mengurangi risiko penyakit seks yang menular, klaim ayah palsu dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Tapi ini sih balik ke pribadi masing-masing ga sih bunn? Orang yang menikah juga masih ada yang jajan sana sini. I mean, condom does exist for a reason. Yang selengki selama bertahun-tahun padahal masih punya istri pun ada.
4. Memproklamarsikan
Pentingnya secara emosional dan spiritual untuk menyatakan atau mengklomairkan kepada satu sama lain, kepada teman-teman, keluarga bahkan ke seluruh dunia bahwa kita telah memilih untuk menjalani hidup bersama pasangan dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan. Pernikahan dapat menunjukkan bahwa kita cukup berharga sehingga seseorang mau berjanji untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama kita dan mau sangat peduli dengan kita selamanya.
Belong to someone, fit in to society mungkin adalah bagian yang menyenangkan dari pernikahan. Maybe.
Kontra Pernikahan
1. Apa yang Dilihat Mungkin Bukan Apa yang Didapatkan
Setiap pasangan yang menikah berjanji untuk senantiasa bersama dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan. Namun pada praktik dan prosesnya, tidak selalu seperti itu. Ada pasangan yang sakit kronis dan meninggal duluan. Ada pula yang meninggalkan pasangannya ketika dilanda kesulitan ekonomi. Ada juga yang pasangannya berubah ketika setelah menikah, seperti menjadi kurang baik yang mendorong terjadinya perceraian. Ada juga yang memilih bercerai karena memiliki tujuan dan pandangan hidup yang berbeda. Yang satu mengejar karir. Yang satunya ingin rebahan.
2. Pertarungan antar Jenis Kelamin yang Intens
Ekhem maksud dari pertarungan jenis kelamin di sini tuh bukan mengarah ke sana ya. Dalam pernikahan heteroseksual, ketegangan antar jenis kelamin dapat menjadi semakin tinggi. Beberapa klien dari Marty Nemko menjelaskan bahwa terkadang perkelahaian pernikahan mereka melampaui perkelahian tentang pernikahan itu sendiri. Melainkan berkembang menjadi masalah jenis kelamin. Seperti, laki-laki payah. Atau wanita ingin bersenang-senang.
3. Buruk untuk Anak?
Banyak yang menjustifikasi pernikahan karena itu lebih baik untuk anak. Tapi apakah benar-benar lebih baik bagi seorang anak untuk melihat dan hidup di pernikahan yang tidak bahagia daripada bersama orangtua tunggal?
Hmm kasus ini dapat berlaku ketika hubungan pernikahan tidak lagi sehat ya. Pernikahan yang sehat tentu saja menguntungkan bagi anak karena menyediakan afeksi serta atensi bagi anak. Memberikan anak ruang dan waktu untuk berkembang secara penuh. Pernikahan dapat buruk bagi anak ketika menjadikan anak sebagai senjata untuk menyelamatkan pernikahan. Mungkin? Maksud aku tuh, anak kan manusia ya. Tolong dibuatnya atas kesadaran dan perencanaan penuh gitu lho!
4. Mengapa Membelenggu?
Ada sebuah argumen bahwa, mengapa suatu hubungan membutuhkan belenggu hukum untuk tetap bersama? Hmm kan aku juga ini lagi mencari jawabannya ya. Kok malah ditanya balik sih?
Jawabannya mungkin bisa diketahui dari urgensi menikah itu sendiri ya. Ada yang menikah karena ingin punya anak. Belenggu hukum tentu saja mengatur hal tersebut. Atau menikah karena ingin halal dalam melakukan hubungan seksual. Masalahnya kan pernikahan tidak cuma tentang ewita dan punya anak aja:(
Apakah Sebaiknya Aku Menikahi Orang Tersebut?
Seringkali kesan pertama kita tentang pasangan adalah benar seperti daya tarik seksual, kecerdasan dan humor. Namun ada hal-hal yang tidak terungkap hingga 'nanti' terutama hal-hal penting terkait pengambilan keputusan untuk menikahi pasangan. Marty Nemko memberikan Marriage Potential Report Card (Kartu Laporan Potensi Pernikahan). Beri peringkat (rate) diri anda dan pasangan anda dari A sampai F dari pernyataan di bawah ini:
- Seks: Seiring berjalannya waktu, dorongan seks anda menjadi serupa. Kurva dorongan seks tersebut sepertinya akan terus berlanjut. Diri anda:____, Pasangan anda:____
- Percakapan: Anda terus menikmati percakapan dengan pasangan anda sampai sekarang bahkan saat masa kasmaran atau tergila-gila sudah hilang. Anda dan pasangan anda memiliki kesamaan level 'pemrosesan'. Diri anda:____, Pasangan anda:____
- Tanggung jawab: Pasangan anda cukup bertanggung jawab, berbagi tanggung jawab dengan anda sesuai dengan keinginan anda seperti pendapatan, pekerjaan rumah tangga dan segudang masalah pernikahan. Lihat arah busurnya. Bagiamana perilaku orang tersebut berkembang dari waktu ke waktu? Apakah kecenderungan tersebut akan terus berlanjut. Diri anda:___, Pasangan anda:____
- Kebaikan dan kepositifan: Dia atau pasangan anda benar-benar senang atas kesuksesan anda daripada merasa cemburu. Dia bertindak demi anda meskipun hal tersebut merugikannya. Diri anda:___ , Pasangan anda:___
- Kelemahan: Anda merasa nyaman (atau bisa berkompromi) dengan kelemahan pasangan anda seperti tingkat kepeduliannya terhadap anda, kerapian, masalah fisik atau mental, anak dari hubungan sebelumnya, prokrastinasi atau perilaku menunda-nunda, tempramen, dsb. Pertimbangkan pula busur atau kecendurngan penggunaan zat dan kebiasaan belanja pasangan. Diri anda:___, Pasangan anda:___
- Perasaan: Anda memiliki perasaan yang tak terlukiskan bahwa anda harus menghabiskan sisa hidup dengan orang tersebut, anda dan orang tersebut saling mempercayai satu sama lain, anda masih merasa bahagia ketika orang tersebut menelpon anda dari tempat kerja, anda menikmati berada di ruangan yang sama. Anda peduli terhadap kesejahteraannya sama seperti anda peduli dengan kesejahteraan anda sendiri. Diri anda:___, Pasangan anda:___
Now What?
Hal penting yang perlu dilakukan setelah mengisi laporan tersebut adalah menindaklanjutinya. Apakah jawaban anda mengarahkan anda untuk menikahi orang tersebut? Atau apakah jawaban anda mengarahkan anda untuk mengakhiri hubungan dengan orang tersebut? Atau jawaban anda mengarahkan anda untuk melakukan perbaikan diri? Atau mungkin anda ingin mendiskusikan hal-hal tersebut dengan pasangan anda.
Menikah merupakan salah satu keputusan penting dalam hidup. Pilihan menikah sebaiknya dipilih secara sadar dan matang. Salah satu hal terpenting dalam pernikahan adalah kesiapan menikah. Dalam mempersiapkan pernikahan, kita dapat meminta bantuan tenaga profesioanal seperti psikolog atau konselor keluarga. Menurutku pribadi, pilihan menikah harus berdasarkan keputusan yang logis dan rasional. Love is not enough.
Komentar
Posting Komentar