Ada filosofi Jawa yang sangat aku suka yaitu, sejatine urip kuwi mung sawang sinawang. Artinya kurang lebih adalah "hakekat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang atau melihat sebuah kehidupan." Hal tersebut merupakan sesuatu yang aku sadari dan pelajari ketika berusia 23 tahun bahwa hidup adalah tentang sudut pandang.
Terkadang ketika melihat hidup orang lain nampak lebih bahagia, lebih sejahtera sedangkan hidup kita nampak 'gini-gini aja." Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau, begitu ungkapan populernya. Apalagi di era sosial media sekarang yang membuat segala sesuatu nampak lebih indah seperti couple goals, wedding goals, relationship goals, body goals dan goals lainnya yang begitu artifisial. Ketika aku punya perasaan mendambakan kehidupan orang lain, aku mencoba mengingat perkataan dari Blaise Pascal. Beliau pernah berkata seperti ini, you always admire what you really don't understand. Kita selalu mengaggumi sesuatu yang tidak benar-benar kita pahami.
Artikel Psychology Today yang aku baca hari ini berjudul Mythbuster: The Grass Is Not Always Greener on The Other Side. Ditulis oleh Jennifer Kunst, Ph.D. Terdapat lelucon lama pada paragraf pembuka artikel tersebut yaitu, neurotics adalah seseorang yang membangun kastil di langit, psychotic adalah seseorang yang pindah ke kastil langit tersebut dan psychoanalysts adalah seseorang yang menagih sewa kastil pada mereka.
Lelucon tersebut mencerminkan gagasan bahwa banyak masalah pikiran melibatkan berpaling dari kenyataan dengan cara sibuk dalam pencarian kehidupan lain, kehidupan yang berbeda atau atau mungkin kehidupan yang lebih baik di tempat lain. Jennifer Kunst mengatakan bahwa para psikonalis memiliki keamanan kerja karena para psikoanalis memahami pemahaman bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan kesehatan mental adalah dengan kembali ke kehidupan yang kita punya dan menghadapinya.
Seorang psikoanalis bernama Melanie Klein menyebut hal tersebut sebagai penerimaan realitas (the acceptance of reality). Melanie Klein melihat penerimaan realitas sebagai landasan kesehatan mental, kepuasan, keamanan batin dan kedamaian pikiran.
Masalah dalam hidup mulai muncul ketika kita mempercayai mitos bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau. Kita mulai merasa iri dan percaya bahwa orang lain memiliki barang yang bagus lalu kita merasa tertekan, cemas dan dianiaya oleh keyakinan kita sendiri bahwa kita tidak punya apa-apa. Hidup kita diambil alih oleh keserakahan. Menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih lagi dan akhirnya merasa apa yang kita punya tidak pernah cukup.
Sikap tersebut dapat merusak mental kita karena hal itu membuat kita berpaling dari tugas utama kita yaitu memanfaatkan sebaik-baiknya hal yang kita punya. Dengan menyangkal kebaikan hidup yang kita punya, kita menjadi percaya bahwa kita tidak memiliki sesuatu yang baik untuk dikerjakan atau memiliki kapasitas mengerjakan sesuatu yang baik di hidup kita. Kita menjadi kehilangan fokus, kepercayaan diri dan harapan.
Para psikoanalis menghabiskan banyak waktu untuk membantu klien mereorientasi diri mereka untuk menghadapi hidup yang mereka punya. Pada awalnya, hal tersebut dapat terasa mengecawakan. Kita harus menghancurkan mitos bahwa kita dapat memiliki hidup orang lain, kastil orang lain, atau rumpul halaman orang lain.
Pada kenyataannya, kita hanya memiliki apa yang kita punya. Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang penting. Jika kita dapat menerima kenyataan sebagaimana mestinya, kita memiliki kesempatan untuk mengembangkan, memperbaiki dan menumbuhkan hidup yang kita punya. Seperti perkataan Budha bahwa jalan menuju kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana yaitu belajar menginginkan sesuatu yang kita punya dan tidak menginginkan sesuatu yang tidak kita punya.
Faktanya, rumput tidak selalu lebih hijau di sisi lain pagar. Tidak, tidak sama sekali. Pagar tidak ada hubungannya dengan hal itu. Rerumputan menjadi lebih hijau jika disiram air. Saat melintasi pagar, bawa air bersamamu dan rawat rumput di manapun kamu berada.
-Robert Fulghum, seorang penulis buku klasik berjudul All I Really Need to Know I Learned in Kindergarten
Komentar
Posting Komentar