Langsung ke konten utama

#30DayChallenge: Sawang Sinawang

     Ada filosofi Jawa yang sangat aku suka yaitu, sejatine urip kuwi mung sawang sinawang. Artinya kurang lebih adalah "hakekat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang atau melihat sebuah kehidupan." Hal tersebut merupakan sesuatu yang aku sadari dan pelajari ketika berusia 23 tahun bahwa hidup adalah tentang sudut pandang

    Terkadang ketika melihat hidup orang lain nampak lebih bahagia, lebih sejahtera sedangkan hidup kita nampak 'gini-gini aja." Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau, begitu ungkapan populernya. Apalagi di era sosial media sekarang yang membuat segala sesuatu nampak lebih indah seperti couple goals, wedding goals, relationship goals, body goals dan goals lainnya yang begitu artifisial. Ketika aku punya perasaan mendambakan kehidupan orang lain, aku mencoba mengingat perkataan dari Blaise Pascal. Beliau pernah berkata seperti ini, you always admire what you really don't understand. Kita selalu mengaggumi sesuatu yang tidak benar-benar kita pahami.

    Artikel Psychology Today yang aku baca hari ini berjudul Mythbuster: The Grass Is Not Always Greener on The Other Side. Ditulis oleh Jennifer Kunst, Ph.D. Terdapat lelucon lama pada paragraf pembuka artikel tersebut yaitu, neurotics adalah seseorang yang membangun kastil di langit, psychotic adalah seseorang yang pindah ke kastil langit tersebut dan psychoanalysts adalah seseorang yang menagih sewa kastil pada mereka. 

    Lelucon tersebut mencerminkan gagasan bahwa banyak masalah pikiran melibatkan berpaling dari kenyataan dengan cara sibuk dalam pencarian kehidupan lain, kehidupan yang berbeda atau atau mungkin kehidupan yang lebih baik di tempat lain. Jennifer Kunst mengatakan bahwa para psikonalis memiliki keamanan kerja karena para psikoanalis memahami pemahaman bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan kesehatan mental adalah dengan kembali ke kehidupan yang kita punya dan menghadapinya

    Seorang psikoanalis bernama Melanie Klein menyebut hal tersebut sebagai penerimaan realitas (the acceptance of reality). Melanie Klein melihat penerimaan realitas sebagai landasan kesehatan mental, kepuasan, keamanan batin dan kedamaian pikiran.



    Masalah dalam hidup mulai muncul ketika kita mempercayai mitos bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau. Kita mulai merasa iri dan percaya bahwa orang lain memiliki barang yang bagus lalu kita merasa tertekan, cemas dan dianiaya oleh keyakinan kita sendiri bahwa kita tidak punya apa-apa. Hidup kita diambil alih oleh keserakahan. Menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih lagi dan akhirnya merasa apa yang kita punya tidak pernah cukup. 

    Sikap tersebut dapat merusak mental kita karena hal itu membuat kita berpaling dari tugas utama kita yaitu memanfaatkan sebaik-baiknya hal yang kita punya. Dengan menyangkal kebaikan hidup yang kita punya, kita menjadi percaya bahwa kita tidak memiliki sesuatu yang baik untuk dikerjakan atau memiliki kapasitas mengerjakan sesuatu yang baik di hidup kita. Kita menjadi kehilangan fokus, kepercayaan diri dan harapan.



    Para psikoanalis menghabiskan banyak waktu untuk membantu klien mereorientasi diri mereka untuk menghadapi hidup yang mereka punya. Pada awalnya, hal tersebut dapat terasa mengecawakan. Kita harus menghancurkan mitos bahwa kita dapat memiliki hidup orang lain, kastil orang lain, atau rumpul halaman orang lain.

    Pada kenyataannya, kita hanya memiliki apa yang kita punya. Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang penting. Jika kita dapat menerima kenyataan sebagaimana mestinya, kita memiliki kesempatan untuk mengembangkan, memperbaiki dan menumbuhkan hidup yang kita punya. Seperti perkataan Budha bahwa jalan menuju kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana yaitu belajar menginginkan sesuatu yang kita punya dan tidak menginginkan sesuatu yang tidak kita punya

Faktanya, rumput tidak selalu lebih hijau di sisi lain pagar. Tidak, tidak sama sekali. Pagar tidak ada hubungannya dengan hal itu. Rerumputan menjadi lebih hijau jika disiram air. Saat melintasi pagar, bawa air bersamamu dan rawat rumput di manapun kamu berada. 
-Robert Fulghum, seorang penulis buku klasik berjudul All I Really Need to Know I Learned in Kindergarten





 


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...