Langsung ke konten utama

#30DayChallenge: Mengapa Seseorang Berselingkuh?

     Kemarin di jagad raya Twitter sempat ramai memperbincangkan perceraian salah satu selebgram terkenal. Setelah ku kepo (for research purpose ofkors😉), ternyata selebgram tersebut memilih bercerai karena pasangannya selingkuh. Udah ya. Sampe sini aja infonya. Ku takut blogku menyaingi kapasitas akun lambe turah. Hal tersebut membuatku jadi bertanya-tanya, kenapa ya seseorang memilih untuk selingkuh? Bok, gue satu aja kagak abis (kagak punya malah bye😊). 

    Berbekal rasa penasaran yang amat membuncah ini (sedep banget ga tuh diksi gue), akhirnya ku memutuskan untuk membaca artikel Psychology Today yang berkaitan dengan perselingkuhan. Artikel Psychology Today yang aku baca hari ini berjudul Why People Cheat? Ditulis oleh Kelly Campbell, Ph.D.

     Berdasarkan artikel Why People Cheat? terdapat lebih dari 90% orang Amerika yang percaya bahwa ketidaksetiaan atau perselingkuhan merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima. Namun terdapat 30-40% orang Amerika terlibat dalam perselingkuhan. 

    Terdapat beberapa dampak buruk yang diakibatkan dari perselingkuhan seperti depresi, kekerasan dalam rumah tangga bahkan pembunuhan. Melihat dampak buruk tersebut, lalu kenapa seseorang memilih untuk berselingkuh? Apakah ungkapan once a cheater, always cheater itu benar? Di artikel Why People Cheat, Kelly Campbell menjelaskan 3 alasan utama seseorang berselingkuh. Berikut 3 alasan utama orang berselingkuh menurut Kelly Campbell: 



    1. Individual Reasons (Alasan Individu)
   
    Ungkapan once a cheater, always cheater dapat berlaku pada sesorang yang berselingkuh dengan alasan ini. Kualitas dari diri seseorang menentukan apakah mereka rentan terhadap perselingkuhan. Berikut beberapa identifikasi dari para peneliti terkait terjadinya perselingkuhan berdasarkan faktor individu:

a. Gender 

Laki-laki cenderung lebih melakukan perselingkuhan dibanding wanita. Sebagian besar hal tersebut dikarenakan laki-laki memiliki lebih banyak testosteron. Kadar testosteron yang lebih banyak menyebabkan laki-laki memiliki keinginan yang kuat untuk berhubungan seksual. 

b. Personality atau kepribadian

Kepribadian yang dimaksud di sini mengacu pada The Big Five Personalities yaitu extraversion atau surgency, agreeableness, conscientiousness, emotional stability versus neuroticsm dan openess to experience (Goldberg, 1995). Seseorang dengan kepribadian conscientious (bertanggung jawab) yang rendah dan kepribadian agreeable (kooperatif, mudah percaya dan menghargai orang lain) yang rendah, cenderung melakukan perselingkuhan dibanding dengan seseorang yang memiliki kepribadian conscientious dan agreeable yang tinggi.  

c. Religiustas dan orientasi politik seseorang

Seseorang yang sangat religius dan memiliki orientasi politik yang konservatif cenderung memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melakukan perselingkuhan karena mereka memiliki nilai-nilai yang lebih kuat. 


    2. Relationship Reasons (Alasan Hubungan)

    Alasan lain dari perselingkuhan adalah karena adanya ketidakpuasan dalam hubungan. Bagi orang yang berselingkuh dengan alasan ini, menjalin hubungan dengan pasangan yang cocok dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan keinginan mereka untuk berselingkuh. Ungkapan once cheater, always cheater tidak berlaku bagi seseorang yang berselingkuh dengan alasan ini. Ketika seseorang berselingkuh karena adanya ketidapuasan dalam hubungan maka hubungan tersebut perlu diteliti atau diperiksa. 

    Para peneliti menemukan bahwa hubungan yang memiliki ketidakpuasan, hubungan seks yang tidak memuaskan dan konflik yang tinggi mempunyai resiko perselingkuhan yang tinggi. Selain itu, semakin banyaknya  perbedaan pada pasangan (perbedaan kepribadian, tingkat pendidikan dan lain-lain), kemungkinan terjadinya perselingkuhan juga semakin besar. 

    3. Situational Reasons (Alasan Situasi)

    Alasan lain seseorang berselingkuh adalah situasi. Seseorang mungkin tidak memiliki keperibadian yang cenderung untuk berselingkuh dan memiliki hubungan yang bahagia, namun ia berada di lingkungan yang tinggi resiko atau rawan untuk berselingkuh. Contoh situasi yang memungkinkan perselingkuhan lebih dapat terjadi adalah menghabiskan waktu di tempat banyak orang yang menarik. Selain itu, jenis pekerjaan seseorang juga memiliki kaitan dengan perselingkuhan. Seseorang yang pekerjaannya melibatkan menyentuh orang lain (PEKERJAAN APA NEH), diskusi pribadi atau melibatkan banyak waktu berdua dengan orang lain lebih cenderung untuk berselingkuh. 
    
    Contoh situasi lain yang memungkinkan terjadinya perselingkuhan adalah ketidakseimbangan jenis kelamin (kelebihan laki-laki atau perempuan di lingkungan kerja atau kampus). Selain itu, seseorang yang tinggal di kota besar atau daerah urban memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap perselingkuhan dibanding seseorang yang tinggal di pedesaan. Hal tersebut karena orang yang tinggal di kota metropolitan cenderung memiliki pandangan yang liberal terhadap hubungan seksual. 


Bagaimana Cara Melindungi Hubungan dari Perselingkuhan?

Kelly Campbell menjelaskan bahwa melindungi hubungan dari perselingkuhan dapat dilakukan dengan membicarakan definisi selingkuh kepada pasangan. Setiap orang memiliki definisi selingkuh yang berbeda-beda. Mungkin bagi paksu, chattingan sama temen cewek itu bukan termasuk tindak perselingkuhan, bunsay. Tapi bagi bunsay, tindakan tersebut merupakan perselingkuhan. Diskusi mengenai definisi perselingkuhan dapat memudahkan untuk menetapkan batasan. Misal jika bagi istri makan siang berdua dengan rekan kerja wanita merupakan tindakan selingkuh, berarti jangan pergi makan siang berdua ya dad. Rombongan weh makannya biar sekalian bisa manasik haji.  

Selain itu, penting bagi seseorang yang sedang mengalami perselingkuhan (baik sebagai korban maupun pelaku) untuk mendapat pertolongan dari tenaga profesional seperti psikolog atau konselor pernikahan). 

Btw kalau bahas perselingkuhan, ku jadi selalu teringat kutipan dari buku Dewi Lestari yang berjudul Filosofi Kopi;

"Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. 
Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan."



 Referensi:

Goldberg, L R. (1995). The development of markers fot the big-five factor structure. Journal of Psychology Assesment, 4 (1), 26-42.

Here's link of the article

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...