Aku sering membaca tweet orang-orang yang mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia, jumlah teman yang dipunya semakin sedikit. Mungkin ada perbedaan tentang dinamika pertemanan ketika kanak-kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Aku pribadi merasa di masa dewasa awal ini bukan jumlah temannya yang berkurang tetapi intensitasnya. Interaksinya tidak sesering atau seintens dulu, tapi mereka masih teman aku.
Aku meyakini bahwa pertemanan yang 'langgeng' adalah pertemanan yang komunikasinya di-maintenance. Sama seperti hubungan romantis, hubungan pertemanan pun butuh usaha di dalamnya. Dan sama juga seperti jodoh, pertemanan pun merupakan suatu berkat, nikmat yang perlu dijemput.
Hari ini aku membaca artikel Psychology Today yang berjudul 10 Ways to Make (and Keep) Friendship as an Adult . Ditulis oleh Andrea Bonior, Ph.D. Sebagai psikolog klinis yang telah melakukan praktik dan penelitian selama bertahun-tahun, Andrea mempelajari bahwa hubungan pertemanan yang membentuk pasang surut hidup seseorang dan mempengaruhi kesejahteraan hidup kita sehari-hari.
Andrea menjelaskan 10 cara untuk membuat dan menjaga pertemanan di masa dewasa. 10 cara tersebut adalah:
1. Make it Health Issue
Pertemanan yang solid merupakan sesuatu yang penting bagi kesehatan fisik. Pertemanan yang tulus dan dirawat dapat meningkatkan sistem imun, meningkatkan prognosis dengan berbagai kondisi kesehatan kronis, dan menurunkan tekanan darah.
Selain itu secara emosional, pertemanan membantu mengurangi risiko disorders seperti depresi, PTSD (post traumatic stress disorder), gangguan kecemasan sampai penyalahgunaan zat. Pertemanan yang suportif di usia 20an adalah prediktor kuat untuk hidup di usia 70 tahun.
Menjalin pertemanan yang sehat dapat memberikan manfaat kesehatan fisik maupun psikis. Pertemanan yang sehat merupakan pertemanan yang senantiasa dirawat.
2. Embrace quality and ditch quanitity (Kualitas > Kuantitas)
Banyak dari kita yang merupakan pengguna sosial media. Beberapa dari kita memiliki 'banyak' teman di facebook, instagram atau twitter. Ada yang memiliki 100 teman di facebook, 500 followers di instagram atau twitter. Tetapi dari beratus-ratus teman di sosial media tersebut, kita jarang melakukan interaksi yang emosional atau mendalam dengan mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa kita sebenarnya lebih kesepian di jaman sekarang meski memiliki 'banyak teman'. Sosial media juga membuat kita terdistrasksi untuk melakukan hubungan di dunia nyata atau merasa terlalu sibuk untuk keluar menjalin pertemanan.
Ratusan teman di sosial media tidak serta-merta kita memiliki banyak teman yang suportif dan senantiasa mendukung kita dalam suka maupun duka. Friendship is about connecting to other.
3. Ride out transitions
Kita terkadang merasa 'kehilangan' teman di saat masa-masa transisi seperti selepas masa kuliah, pindah ke berbagai kota terkait pekerjaan, menikah, memiliki anak, pensiun, masalah kesehatan dan perceraian. Merasa kehilangan di masa transisi tersebut merupakan hal yang wajar. Hal tersebut tidak ada kaitannya dengan siapa diri kita. Semua orang pernah mengalami hal tersebut.
Kita dapat menganggap hal tersebut sebagai tantangan dibanding sebagai sesuatu yang memalukan. Setiap teman ada masanya, setiap masa ada temannya. Mungkin ketika kita mengalami transisi hidup dengan menjadi orangtua, kita bisa menjalin pertemanan dengan sesama orang yang juga baru menjadi orangtua. Atau kita bisa re-conncet dengan teman lama yang juga mengalami transisi hidup serupa.
4. Expect and even embrace false starts
Membangun pertemanan merupakan proses yang membutuhkan waktu. Sama seperti membangun hubungan romantis, terkadang kita pun dapat gagal dalam membangun pertemanan. Hal tersebut pun merupakan hal yang wajar. Kegagalan dalam membangun suatu pertemanan dapat memberikan kita insight mengenai pertemanan yang kita butuhkan. Ya tidak jauh beda seperti pacaran. Kalau putus karena sense humor-nya tidak nyambung, maka kita tau pasangan dengan sense humor seperti apa yang kita butuhkan. Begitu pun dengan teman.
5. Commit to Community
Pertemanan bukan hanya perihal hubungan orang per orang tetapi juga perihal perasaan diterima atau merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita. Seperti merasa diterima di kalangan tetangga, angkatan jurusan, pekerjaan, dll.
Mengikuti komunitas atau perkumpulan-perkumpulan sesuai dengan apa yang kita sukai dapat memberikan kita kesempatan untuk bertemu teman-teman yang satu frekuensi dengan kita. Seperti jodoh kan konsepnya? Teman kan bukan hujan. Tidak turun dari langit. Air hujan saja butuh proses penguapan dan evaporasi.
6. Focus on follow up
Pertemanan merupakan hubungan yang memerlukan keberlanjutan. Terkadang kita terjebak pada level permukaan suatu hubungan seperti bertemu seseorang lalu berbasa-basi namun setelahnya tidak melakukan komunikasi yang lebih lanjut dan lebih dalam. Kita dapat memulai dengan mengingat hal-hal kecil dari orang tersebut. Kita dapat meninggalkan kontak yang dapat mereka hubungi. Mengajak melakukan aktivitas yang menarik bersama, dll. Satu-satunya cara untuk membuat interaksi basa-basi dengan seseorang menjadi pertemanan selama berpluh-puluh tahun adalah membicarakn sesuatu yang lebih pesonal dan berkelanjutan.
7. Avoid technology trap
Ponsel pintar, jejaring sosial, dan pesan instan dapat membuat kita terhubung dengan orang yang jauh bahkan banyak orang. Namun hal tersebut juga kadang membuat kita melewati hubungan yang melibatkan emosional di dunia nyata. Contoh, ketika kumpul dengan teman-teman di suatu cafe, orang-orang tersebut bukannya mengobrol satu sama lain tapi sibuk dengan ponsel mereka. Sibuk video untuk ig story, sibuk foto untuk update di sosial media. Kita menjadi tidak terkoneksi satu sama lain. Ketika melakukan hubungan dalam konteks pertemanan di dunia nyata, kita dapat mencoba untuk menumpuk ponsel di tengah meja atau memasukkan ponsel di tas agar tidak terdistraksi oleh hal-hal yang bersifat maya.
8. Develop momentum
Momentum yang tepat adalah momentum yang dibuat. Jika kita ingin merekatkan pertemanan atau mendekatkan kembali pertemanan lama, kita dapat membuat momentum-momentum dalam pertemanan tersebut. Contohnya, aku, Dhiyaa dan Asti bulan ini punya jadwal untuk nonton bareng film Harry Potter 1-7 di aplikasi Rave. Atau ketika ada yang ulang tahun, aku dan teman-teman kerjaku selalu memberi kejutan kepada yang berulang tahun. Pertemanan pun perlu diusahakan.
9. End poisonous friendships
Menyudahi hubungan dengan orang-orang yang membuat kita merasa tidak nyaman, tidak aman atau bahkan tertekan merupakan langkah awal untuk membangun hubungan yang sehat baik dalam konteks pertemanan maupun hubungan romantis. Relationship goals yang diidam-idamkan sebenarnya berlaku juga di pertemanan seperti saling menghargai, take and give, suportif and you name it.
Terkadang kita takut melepas teman yang membuat kita tidak merasa aman dan merasa nyaman karena takut kita tidak memiliki teman lagi. No. Selalu ada orang yang bersikap baik di luar sana. Find them.
10. Remember the little things
Terkadang kita terlalu muluk-muluk dalam menjalin suatu hubungan. Ingin segala sesuatunya terlihat sempurna. Seperti membuat kejutan ulang tahun mewah untuk teman (meski ini tidak salah). Kadang hal-hal besar tersebut membuat kita dengan hal-hal sederhana yang mungkin lebih bermakna. Seperti membawakan coklat kesukaan teman kerja di hari lemburnya, mengingatkan tv show favorit teman yang muncul di hari itu, dsb.
Dalam pertemanan (dan juga hubungan lain) yang diperlukan bukan lah sesuatu yang muluk-muluk tetapi konsistensi. Don't take it for granted.
Komentar
Posting Komentar