Langsung ke konten utama

#30DayChallenge : GOSIP

     Salah satu dosa paling nikmat tuh kayaknya bergosip ya bok *lalu masuk neraka* Ada tulisan menarik tentang gosip di buku Sapiens karya Yuval Noah Harari. Di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa menggunakan bahasa untuk bertukar informasi tentang orang lain merupakan salah catu cara untuk membangun kepercayaan. Bahkan sampai saat ini, sebagian besar komunikasi kita adalah gosip. Seperti contoh jika kita mendengar informasi dari teman bahwa bakso gang depan ada jin penglaris, kita semakin semangat untuk makan di sana karena rasa terjamin enak #ContohYangTidakSyariah #LifeBalance

   Gosip juga membantu homo sapiens untuk bertahan hidupHomo sapiens pada dasarnya adalah hewan sosial. Kerja sama sosial merupakan kunci dalam bertahan hidup dan reproduksi. Tidak cukup bagi seorang wanita dan laki-laki untuk mengetahui keberadaan singa dan bison. Ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk diketahui yaitu siapa di dalam kelompok tersebut yang membenci siapa, siapa yang tidur dengan siapa, siapa yang jujur dan siapa yang curang. 


    Sebagai orang yang suka bergosip (for academic purpose ofc😉) aku hari ini memutuskan untuk membaca artikel Psychology Today yang berjudul The Truth About Gossip. Ditulis oleh Mark Travers, Ph.D. Gosip merupakan sesuatu yang dilakukan manusia secara universal namun sering dianggap hal yang buruk. Hasil dari penelitian dalam jurnal Social Psychology and Personality yang menganalisis ribuan percakapan sehari-hari untuk memahami sifat sebenarnya dari gosip menunjukkan bahwa gosip tidak seburuk yang kita bayangkan.

    Para peneliti di Universitas California Riverside menganalisis percakapan sehari-hari dari 467 partisipan dengan menggunakan Electronically Activated Recorder (EAR). EAR merupakan perangkat portabel yang mengambil sampel suara secara terus-menerus dari lingkungan terdekat pemakainya. Para partisipan penelitian diminta untuk memakai EAR sepanjang hari selama periode tes. Hal tersebut agar memungkinkan peneliti untuk secara diam-diam mendengarkan dan menganalisis isi percakapan sehari-hari tersebut. 

    Hasil dari penelitian tersebut adalah:
  1. Wanita secara signifikan lebih banyak bergosip daripada laki-laki 
  2. Orang-orang dengan tipe kepribadian extraversion dan agreeableness yang tinggi cenderung untuk bergosip lebih banyak daripada yang lain
  3. Peneliti mengelompokkan gosip menjadi 3 kategori yaitu gosip positif, gosip netral dan gosip negatif
  4. Berdasarkan kategori tersebut, orang yang lebih muda cenderung lebih banyak bergosip daripada orang yang lebih muda
  5. Peneliti juga menemukan bahwa orang dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung untuk bergosip lebih netral daripada orang dengan pendapatan lebih rendah
  6. Tidak ada bukti perbedaan gender terkait 3 kategori gosip
  7. Selain itu juga peneliti tidak menemukan bukti bahwa orang yang lebih miskin dan kurang berpendidikan lebih banyak bergosip daripada orang kaya
    Para peneliti juga tertarik untuk memahami bagaimana orang bergosip seperti topik dalam bergosip, waktu bergosip dan karakteristik percakapan yang menentukan untuk bergosip. Peneliti menemukan bahwa semua orang banyak bergosip (see you in hell, bitches!💝😘). Peneliti tersebut memperkirakan bahwa rata-rata orang menghabiskan 52 menit untuk bergosip dalam sehari

    Peneliti mencatat bahwa mayoritas gosip yang dibicarakan (tepatnya 75%) bersifat non evaluatif atau netral. 15% merupakan kategori gosip negatif dan 10% sisanya merupakan gosip positif. Peneliti juga mencatat bahwa gosip lebih cenderung tentang kenalan daripada selebritas dan biasanya melibatkan pertukaran informasi sosial daripada pemikiran tentang penampilan fisik atau pencapaian seseorang

    Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran yang lebih cerah tentang gosip dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga (((kita))) bisa bergosip lebih bijak agar setidaknya tidak berakhir di kerak neraka. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...