Salah satu dosa paling nikmat tuh kayaknya bergosip ya bok *lalu masuk neraka* Ada tulisan menarik tentang gosip di buku Sapiens karya Yuval Noah Harari. Di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa menggunakan bahasa untuk bertukar informasi tentang orang lain merupakan salah catu cara untuk membangun kepercayaan. Bahkan sampai saat ini, sebagian besar komunikasi kita adalah gosip. Seperti contoh jika kita mendengar informasi dari teman bahwa bakso gang depan ada jin penglaris, kita semakin semangat untuk makan di sana karena rasa terjamin enak #ContohYangTidakSyariah #LifeBalance
Gosip juga membantu homo sapiens untuk bertahan hidup. Homo sapiens pada dasarnya adalah hewan sosial. Kerja sama sosial merupakan kunci dalam bertahan hidup dan reproduksi. Tidak cukup bagi seorang wanita dan laki-laki untuk mengetahui keberadaan singa dan bison. Ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk diketahui yaitu siapa di dalam kelompok tersebut yang membenci siapa, siapa yang tidur dengan siapa, siapa yang jujur dan siapa yang curang.
Sebagai orang yang suka bergosip (for academic purpose ofc😉) aku hari ini memutuskan untuk membaca artikel Psychology Today yang berjudul The Truth About Gossip. Ditulis oleh Mark Travers, Ph.D. Gosip merupakan sesuatu yang dilakukan manusia secara universal namun sering dianggap hal yang buruk. Hasil dari penelitian dalam jurnal Social Psychology and Personality yang menganalisis ribuan percakapan sehari-hari untuk memahami sifat sebenarnya dari gosip menunjukkan bahwa gosip tidak seburuk yang kita bayangkan.
Para peneliti di Universitas California Riverside menganalisis percakapan sehari-hari dari 467 partisipan dengan menggunakan Electronically Activated Recorder (EAR). EAR merupakan perangkat portabel yang mengambil sampel suara secara terus-menerus dari lingkungan terdekat pemakainya. Para partisipan penelitian diminta untuk memakai EAR sepanjang hari selama periode tes. Hal tersebut agar memungkinkan peneliti untuk secara diam-diam mendengarkan dan menganalisis isi percakapan sehari-hari tersebut.
Hasil dari penelitian tersebut adalah:
- Wanita secara signifikan lebih banyak bergosip daripada laki-laki
- Orang-orang dengan tipe kepribadian extraversion dan agreeableness yang tinggi cenderung untuk bergosip lebih banyak daripada yang lain
- Peneliti mengelompokkan gosip menjadi 3 kategori yaitu gosip positif, gosip netral dan gosip negatif
- Berdasarkan kategori tersebut, orang yang lebih muda cenderung lebih banyak bergosip daripada orang yang lebih muda
- Peneliti juga menemukan bahwa orang dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung untuk bergosip lebih netral daripada orang dengan pendapatan lebih rendah
- Tidak ada bukti perbedaan gender terkait 3 kategori gosip
- Selain itu juga peneliti tidak menemukan bukti bahwa orang yang lebih miskin dan kurang berpendidikan lebih banyak bergosip daripada orang kaya
Para peneliti juga tertarik untuk memahami bagaimana orang bergosip seperti topik dalam bergosip, waktu bergosip dan karakteristik percakapan yang menentukan untuk bergosip. Peneliti menemukan bahwa semua orang banyak bergosip (see you in hell, bitches!💝😘). Peneliti tersebut memperkirakan bahwa rata-rata orang menghabiskan 52 menit untuk bergosip dalam sehari.
Peneliti mencatat bahwa mayoritas gosip yang dibicarakan (tepatnya 75%) bersifat non evaluatif atau netral. 15% merupakan kategori gosip negatif dan 10% sisanya merupakan gosip positif. Peneliti juga mencatat bahwa gosip lebih cenderung tentang kenalan daripada selebritas dan biasanya melibatkan pertukaran informasi sosial daripada pemikiran tentang penampilan fisik atau pencapaian seseorang.
Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran yang lebih cerah tentang gosip dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga (((kita))) bisa bergosip lebih bijak agar setidaknya tidak berakhir di kerak neraka.
Komentar
Posting Komentar