Maraknya kasus perselingkuhan membuatku bertanya-tanya kok bisa ya jatuh cinta sama orang yang sudah punya pasangan? Oke lah kalau punya rasa tertarik ataupun kagum kepada pasangan orang lain atau ketika kita sudah menjadi pasangan seseorang. Ketertarikan terhadap seseorang merupakan hal yang wajar. Yang jadi masalah kan ketika ente ente memutuskan untuk menindaklanjuti perasaan tersebut bok.
Fenomena suka terhadap orang lain yang sudah memiliki pasangan ini mengingatkanku dengan cerita Hawa dan buah khuldi. Semakin dilarang dan terlarang, semakin 'menarik' untuk didekati. Maka dari itu hari ini aku membaca artikel Psychology Today yang berjudul Why People Become Attracted to Crushes They Can't Have. Ditulis oleh Suzane Degess-White, Ph.D.
Suzane mengatakan penting bagi kita untuk mengetahui bahwa ketertarikan seksual dan ketertarikan romantisme seringkali hanya merupakan respon fisiologi dasar dan normal terhadap rangsangan yang menarik. Kita tidak dapat secara sadar memberitahu otak kita untuk tertarik kepada orang tertentu. Hal tersebut terjadi dengan sendirinya. Meskipun tidak mudah untuk menghindari reaksi instingtual tersebut, kita punya kendali untuk tidak menindaklanjutinya.
It's Hard to Stop Thinking About What You Tell Yourself to Stop Thinking About
Terkadang otak kita sangat lucu; ternyata hal-hal yang kita yakini 'terlarang' (forbidden) adalah hal-hal yang biasanya lebih kita inginkan terlebih karena hal tersebut merupakan sesuatu yang 'terlarang'. Studi menunjukkan bahwa orang-orang yang mencoba mengurangi kalori lebih cenderung berpikir tentang makanan berkalori tinggi yang mereka hindari (Israeli & Stewart, 2001). Kita bisa memberikan jeda atau waktu istirahat kepada diri dengan memikirkan hal yang lain.
Namun paparan berulang terhadap rangsangan (the hot crush) sebenarnya akan menumpulkan ketertarikan yang kita rasa. Kesenangan-kesenangan baru yang didapat di awal ketertarikan memudar. Kita dapat mulai melihat kesalahan dari rasa tarik tersebut yang tidak terlihat di tahap awal ketertarikan. Hal ini dapat terjadi dengan catatan; kita tidak menindaklanjuti ketertarikan tersebut. Kalo sudah ditindaklanjuti ya biasanya yang satunya gatel, yang satunya mau ngegaruk bun *julid*
Why Do We Found the 'Wrong One" Attractive?
Berikut beberapa alasan mengapa ketika tertarik pada 'orang yang salah' atau tidak seharusnya:
1. Jika kita sering tertarik pada orang-orang yang 'terlarang', kita mungkin harus mulai bertanya kepada diri sendiri apakah kita memiliki fobia menjalin hubungan sehingga memilih orang yang tidak bisa dicapai sebagai pasangan.
2. Mungkin juga kita menyukai jenis pasangan tertentu yang tidak dapat dicapai. Contoh kita menyukai "tipe ayah" dari suami teman kita. Kita tertarik pada orang tersebut karena sebagai calon ibu, kita menginginkan pasangan dengan tipe ayah seperti dia. Kita mungkin bukan tertarik pada subjeknya. Tetapi kualitas yang dimiliki oleh subjek.
3. Terkadang kita tertarik pada orang-orang yang memiliki kualitas yang sebenarnya ingin kita miliki. Contoh, kita selalu tertarik pada orang yang tegas namun penuh kasih sayang. Mungkin itu karena sebenarnya kita ingin lebih tegas ke hidup kita sendiri dan lebih baik kepada orang lain. Dan itulah mengapa orang-orang yang tegas dan penuh kasih sayang secara tidak sadar sering menarik perhatian kita.
4. Jika kita jatuh cinta pada bad boy atau bad girl meskipun kita sudah berusia dewasa (akhir 20an atau 30an) mungkin karena pemberontakan masa remaja tidak berjalan sesuai arahnya. Seharusnya masa-masa pemberontakan itu terjadi dan berakhir pada masa remaja namun ternyata masih berlanjut hindda dewasa awal atau dewasa akhir.
Before You "Confess" Your Crush
Kita perlu mempertimbangkan kepada siapa kita menceritakan perasaan 'terlarang' yang sedang kita rasakan. Jangan sampai, bercerita kepada orang yang salah dapat merusak hubungan yang kita miliki. Contoh, memberitahu sahabat bahwa kita naksir atau tertarik dengan pasangan adik kita, mungkin tidak menjadi masalah. Namun jika kita menceritakan hal tersebut kepada adik kita langsung hm hal tersebut bukan merupakan yang bijak ya bun sepertinya.
Jika kita semakin terobsesi kepada orang 'terlarang' tersebut, kita dapat menceritakan hal tersebut kepada terapis atau tenaga profesional lainnya seperti psikolog atau konselor. Seringkali hal yang kita butuhkan adalah 'orang asing' yang aman untuk kita berbagi cerita dan rahasia. Dan tenaga profesional seperti terapis, konselor atau psikolog dapat membantu kita dalam hal tersebut. Membicarakan masalah atau sesuatu kepada orang yang tepat dapat membuat masalah tersebut lebih mudah ditangani.
Should You Ever Take the Risk and Pursue Forbidden Fruit?
Kita perlu memikirkan dan mempertimbangkan risiko serta konsekuensi yang akan kita terima jika kita memilih untuk mengejar orang yang 'terlarang'. Jika memang tidak ada hal tabu yang mencegah terjadinya suatu hubungan, seperti aturan tempat kerja yang melarang percintaan di kantor, kita tetap perlu memikirkan konsekuensi emosional jika kita memulai hubungan dengan orang tersebut.
Contoh jika orang tersebut adalah rekan kerja, apakah kita mampu menerima konsekuensi emosional jika hubungan tersebut berakhir dengan tidak baik? Apakah kita tetap mampu bersikap secara profesional di tempat kerja? Atau yang sering terjadi di kota-kota besar: kita naksir dengan gebetan teman kita. Apakah kita mau mengorbankan pertemanan kita demi orang tersebut? Apakah teman kita akan 'merestui' hubungan kita nantinya dengan orang tersebut? Choose your fight with a full of consciousness and consideration.
Kita memang tidak dapat mengontrol munculnya perasaan tertarik atau suka kita pada seseorang, termasuk orang yang sudah memiliki pasangan. Tetapi kita memiliki kendali penuh atas tindakan kita terhadap perasaan tersebut. And in my very humble opinion, jika kita tahu bahwa dicubit itu sakit, jangan mencubit orang lain. Think twice and act wise.
Komentar
Posting Komentar