Langsung ke konten utama

#30DayChallenge: Cara Memuji Anak

    Banyak teman-teman seusiaku yang sudah menikah dan sekarang menjadi seorang ibu dan seorang ayah. Aku jadi berpikiran untuk membaca artikel Psychology Today tentang parenting yang mungkin bisa memberi insight kepada mereka atau orangtua baru di luar sana. Artikel yang aku baca hari ini berjudul The Idea of Praise. Ditulis oleh Iben Dissing Sandahl. 

    Aku tertarik membaca artikel tersebut karena Iben Sandahl merupakan seorang psikoterapis Denmark. Seperti kita ketahui, Denmark merupakan negara dengan penduduk paling bahagia di dunia. Banyak artikel bahkan buku yang membahas pola asuh orang-orang Denmark. Ada salah satu buku parenting menarik yang pernah aku baca judulnya The Danish Way of Parenting. Mungkin buku tersebut bisa jadi referensi bacaan bagi para ibunda dan ayahanda. 

    Salah satu hal yang dibahas dalam buku tersebut adalah cara orang-orang Denmark memuji anak mereka. Konsep memuji anak pada buku tersebut sama dengan yang dijelaskan oleh Iben Sandahl di artikel yang aku baca kali ini. Ya iyalah ya sama. Kan sama-sama dari Denmark. Kecuali Iben Sandahl ternyata orang Bantar Gebang. 

    Beberapa atau mungkin kebanyakan orangtua memuji anaknya dengan mengucapkan kalimat seperti, pinter banget sih anak bunda atau wah gambarnya bagus banget! Anak papi emang paling berbakat sedunia angkasa raya galaksi bima sakti angkasapura andromeda. Orangtua melakukan hal tersebut untuk menunjukkan bahwa anak-anak mereka adalah seseorang yang spesial dan orangtua menginginkan anak-anak mereka untuk merasa spesial. 

    Namun cara memuji tersebut mungkin bukan cara terbaik untuk membantu anak-anak untuk tumbuh kuat, bahagia, dan tangguh meskipun kita cenderung percaya bahwa memuji anak dapat membantu kepercayaan diri dan perkembangan anak. Faktanya adalah pujian memiliki kaitan erat dengan cara anak memandang kecerdasan mereka. Jika anak secara terus menerus dipuji sebagai seseorang yang secara alami cerdas, berbakat, anak akan mengembangkan fixed mindset atau pola pikir tetap; anak akan menganggap bahwa kecerdasan mereka merupakan sesuatu yang tetap dan mereka tidak dapat mengubahnya

    Contoh, orangtua memuji gambar anaknya yang baru saja digambar dengan sangat cepat sebagai gambar yang luar biasa meskipun gambar tersebut hanya orat-oret dan anak tidak berusaha untuk menggambar secara detail. Pujian tersebut tidak akan masuk akal bagi persepsi anak atas usahanya sendiri. Hal yang akan anak pelajari dari pujian tersebut adalah ketika dia melakukan sesuatu tanpa berusaha, ia adalah seseorang yang luar biasa dan hal tersebut merupakan sifat yang tetap

    Seorang psikolog Amerika bernama Carol Dweek telah melakukan penelitan tentang cara berpikir seseorang, perbedaan antara orang yang memiliki fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir berkembang) serta bagaimana growth mindset dapat membantu orangtua mewujudkan potensi penuh pada anak. 

    Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak yang dibesarkan dengan keyakinan bahwa mereka terlahir dengan kapasitas otak yang telah ditentukan sebelumnya, lebih sulit mengatasi tantangan dalam hidup. Sebaliknya, anak yang dibesarkan dengan keyakinan bahwa  belajar merupakan sesuatu yang diperoleh melalui pengalaman dalam hidup dan proses belajar tersebut ditujukan sebagai tujuan itu sendiri, memiliki rasa kepuasan dan kepercayaan diri yang akan muncul dengan sendirinya

    Anak yang terlalu ditekan atau dipuji dapat memungkinkan mereka belajar melakukan sesuatu untuk mendapat pengakuan eksternal daripada mendapat kepuasan internal dan menjadikan hal tersebut sebagai tatanan standar kehidupan. Hal itu juga dapat mendorong tujuan estrinsik seperti membutuhkan sesuatu di luar diri mereka untuk membuat mereka bahagia. Bagi beberapa orang, cara tersebut (terlalu menekan atau memuji anak) dapat memberi kesuksesan bagi mereka. Namun hal tersebut tidak memberikan mereka rasa kebahagiaan internal dan kesejahteraan yang dalam. 

    Sebaliknya, anak yang diberitahu bahwa kecerdasan mereka dapat dikembangkan melalui usaha dan edukasi, mampu mengembangkan growth mindset (mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka karena mereka berusaha keras dan memahami mengapa hal tersebut penting dilakukan)

    Orang-orang di Denmark mencoba untuk tidak memuji anak mereka secara berlebih-lebihan. Mereka meyakini bahwa anak tidak dapat memahami pujian yang terlalu banyak karena pujian tersebut jadi terdengar hampa dan kosong. Contoh, jika seorang anak mencorat-coret gambar dengan sangat cepat dan memberikannya kepada orangtuanya, orangtua Denmark mungkin tidak akan berkat wow! Kerja bagus! Kamu memang seorang seniman sejati! Orangtua Denmark cenderung bertanya mengenai gambar itu sendiri seperti, bisakah kamu menceritakan tentang gambar tersebut? Apa yang kamu pikirkan ketika menggambar hal itu? Apakah ini seekor gajah? Atau bahkan orangtua Denmark akan hanya mengucapkan terimakasih jika anak memberikan gambar tersebut sebagai hadiah tanpa meminta sebuah pujian. 

    Berfokus pada tugas daripada terlalu memuji anak merupakan pendekatan khas orang Denmark. Hal tersebut membantu untuk berfokus pada pekerjaan anak yang terlibat dan mengajarkan anak kerendahan hati. Membantu anak dalam membangun perasaaan mampu menguasai suatu keterampilan daripada perasaan telah mampu menguasai sesuatu dapat memberikan mereka pondasi yang kokoh untuk terus bertumbuh. 

    Bagi kebanyakan orang Denmark, sangat penting memberikan ruang dan kepercayaan pada anak untuk mengizinkan mereka menguasai berbagai hal dan memecahkan masalah mereka sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk menstimulasi growth mindset. Cara tersebut dapat mencipatkan self esteem dan kemandirian yang asli pada anak karena hal itu berasal dari keinginan anak itu sendiri.

    This is the Danish view on praising. 






    
     

Komentar

  1. Orang tua ku jangan2 dari Denmark, soalnya aku jarang dipuji wkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga

Topik materi malam ini menarik sekali bagiku yaitu "Cinta dan Luka dalam Rumah Tangga." Disampaikan oleh Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog. Ketika remaja, konsep pernikahan di kepalaku adalah mencari seseorang yang bisa diajak hidup bahagia bersama.  Namun seiringnya berjalannya waktu (tua maksudnya), konsep tersebut menjadi bergeser. Di kepalaku sekarang ketika mencari pasangan hidup bukan lagi soal orang yang bisa diajak hidup bahagia. Tetapi seseorang yang bisa diajak berkonflik bersama. Maksudnya bukan berarti tidak mau bahagia ya. I mean, it's an automatic lah. Siapasih yang tidak mau menikah sama orang yang kita bahagia ketika bersamanya? Tapi tidak semua orang bisa diajak berkonflik bersama secara sehat. Materi malam ini sebagian besar membahas hal tersebut; konflik peran sebagai istri, konflik dalam rumah tangga, kunci dalam konflik, 4 horsemen of apocalypse, dan  fair fight guideline.    PERAN ISTRI Sesi kelas dibuka dengan pertanyaan, bagaimana gambar...

Lapis Legit: Kue Manis, Tak Seperti Janjimu

Sebentar lagi lebaran. Para keluarga pun sibuk mempersiapkan berbagai hal demi menyambut hari kemenangan. Dari yang mulai beli baju lebaran, ngecat pager, renovasi rumah, memberantas kejahatan, sampai nyiapin template buat minta maaf ke mantan. Hmmm. Salah satu tradisi yang gak afdol rasanya kalau gak dilakuin menjelang lebaran adalah, membuat kue lebaran. Keluarga gue salah satu dari sekian milyar keluarga yang melakukan tradisi itu. Keluarga dari nyokap gue merupakan suku asli Lampung. Jadi mereka hari ini membuat salah satu kue khas Lampung yaitu lapis legit. Gue yang belum pernah ikutan buat kue ini jadi penasaran buat ikutan. Yah lumayan kan ya buat jadi bahan ngeblog. Biar tulisan gue di blog ada manfaatnya di mata masyarakat *berdiri di pinggir jurang* *rambut berkibar-kibar* Lapis legit merupakan salah satu kue khas Lampung. Kenapa namanya lapis legit? Itu karena bentuk kuenya yang berlapis-lapis dan rasanya yang legit #InfoKue #SayaBertanya #SayaMenjawab. K...

Review: Puberty Doesn't Hit Me Hard, Skincare Does

Ciao! Come stai? Sto molto bene . Aweu gaya banget kan pembukaan gue pake Bahasa Itali? Maklum, akhir-akhir ini gue lagi belajar Bahasa Italia biar kalo ketemu Rossi gak uu aa uu aa. Btw, quick fun fact: gue baru tau arti zupa (Bahasa Italia) adalah sup. Jadi zupa soup artinya sup sup. Sungguh pengulangan yang sangat mengulang. OKAY ENOUGH FOR THE INTRO! Kali ini gue mau membahas tentang skincare routine gue (cailaaaahh skinker rutin) dan sederet pengalaman gue saat muka sedang jerawatan. Hiks masa-masa kelam itu *nangis di pundak kokoh Ronaldo*   Jadi, gue baru mengenal skinker itu saat usia gue menginjak 22 tahun. Sejak gue puber jaman-jaman SMP itu gue gak ngerti skinker. Gue cuma make facial wash doang. APA ITU TONER APA ITU SERUM APA ITU MOISTURIZER?! Bodoh banget gue dulu tuh soal perawatan kulit. Pas SMP gue nyobain sih make Viva. Tapi pas gue pake milk cleanser dari Viva kulit muka gue terasa panas terbakar gitu. Apaqa kulit qu saat itu menginjak teras nerak...