Isak Dinesen dalam bukunya yang berjudul Seven Gothic Tales pernah berkata bahwa "the cure for anything is saltwater. Sweat, tears, or ocean." Kali ini mari kita berbicara tentang tears atau air mata. Hal yang pertama kali kita lakukan ketika terlahir di dunia adalah menangis. Mengeluarkan air mata. Air mata tidak hanya identik dengan kesedihan. Ketika bahagia pun ada yang namanya air mata kebahagiaan. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, terkadang menangis merupakan sesuatu yang dihindari untuk kita lakukan. Padahal menangis kadang merupakan kebutuhan yang tubuh kita butuhkan.
Hari ini aku membaca artikel Psychology Today yang berjudul The Health Benefits of Tears. Ditulis oleh seorang dokter bernama Judith Orloff, M.D. Selama lebih dari 20 tahun menjadi dokter, Judith Orloff telah berkali-kali menyaksikan kekuatan penyembuhan dari air mata. Baginya, air mata adalah katup pelepas tubuh kita untuk stres, kesedihan, duka, kecemasan dan frustasi.
Sama seperti lautan, air mata merupakan air asin. Air mata secara protekftif memiliki fungsi untuk melumasi mata, menghilangkan iritasi, mengurangsi stres dan mengandung antibodi yang melawan mikroba patogen. Tubuh kita memproduksi 3 jenis air mata yaitu refleks, terus-menerus (continues) dan emosional. Setiap jenis air mata memiliki peran penyembuhan yang berbeda-beda.
Air mata refleks membuat mata kita membersihkan partkel berbahaya saat teriritasi sesuatu seperti asap atau asap knalpot kendaraan. Lalu continues tear (air mata yang terus-menerus) diproduksi secara teratur untuk menjaga mata kita tetap dilumasi. Air mata ini mengandung bahan kimia yang disebut lysozyme, berfungsi sebagai anti bakteri dan melindungi mata kita dari infeksi. Air mata juga mengalir ke hidup melalui saluran air mata untuk menjaga hidung tetap lembab dan bebas bakteri. Biasanya setelah menangis, pernapasan serta detak jantung kita menurun dan kita berada pada kondisi biologis dan emosional yang lebih tenang.
Selanjutnya adalah air mata emosional yang memiliki manfaat kesehatan khusus. Dr. William Frey di Ramsey, seorang ahli biokimia dan 'ahli air mata' di Medical Centre Minneapolis menemukan bahwa 98% kandungan dari air mata refleks adalah air. Sedangkan air mata emosional tidak hanya mengandung air tetapi juga mengandung hormon stres yang dikeluarkan tubuh melalui tangisan.
Setelah mempelajari tentang komposisi air mata, Dr. Frey juga menemukan bahwa air mata emosional mengeluarkan hormon-hormon stres beserta racun lainnya yang menumpuk dalam tubuh saat kita stres. Studi tambahan juga menunjukkan bahwa menangis merangsang atau menstimulasi produksi endorfin yang merupakan penghilang rasa sakit alami tubuh kita dan hormon 'perasaan senang'. Hal yang menarik adalah manusia merupakan satu-satunya makhluk yang diketahui meneteskan air mata emosional (meskipun gajah dan gorila juga melakukannya). Mamalia lain seperti buaya air asin menghasilkan air mata refleks yang berfungsi untuk melindungi dan melumasi air mata. Hmm mungkin itu alasan adanya ungkapan air mata buaya. Air matanya gak mengandung emosi tsayyyyy:")))
Terkadang ada orang yang berkata, jangan menangis karena menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Somehow it's true. Menangis memang tidak serta-merta menyelesaikan masalah. Tetapi menangis dapat memberi jeda kepada tubuh kita untuk mengalirkan emosi yang kita rasakan dan membuat kita merasa lebih baik (meski sesaat). Selain untuk detosifikasi tubuh, air mata emosional juga dapat menyembuhkan hati.
Menangis merupakan kapasitas tubuh kita yang patut syukuri. Mungkin kita mulai perlu menghargai pengalaman tersebut. Menangis. Mengalirkan apa yang kita rasa melalui air mata. Sometimes it's okay to cry. Your body needs it.
Berikut terdapat artikel Psychology Today menarik lain yang merespon artikel yang aku baca hari ini yaitu Crying Is Not Always Beneficial
Komentar
Posting Komentar